Gambar di atas merupakan gambar jam terbesar di dunia yang dibangun oleh insinyur jerman dan swiss memiliki ketinggian 600 meter. Sekaligus mengalahkan jam terbesar sebelumnya yang menjadi atap Cevahir Mall di Turki dengan diameter 35 meter. Sedangkan jam yang berbentuk kubus dengan empat sisi ini memiliki diameter 43 meter. Jam ini secara resmi akan beroperasi pada pertengahan Agustus untuk menandai hari pertama Ramadhan, bulan puasa dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari bagi umat muslim di seluruh dunia.
Disebut- sebut di beberapa media massa, jejaring sosial, dan beberapa web maupun blog baik dari dalam maupun luar negeri bahwa jam ini di usulkan untuk menggantikan Greenwich Mean Time (GMT) menjadi Makkah Mean Time (MMT). Waktu yang digunakan oleh jam tersebut adalah Arabia Standard Time, tiga jam lebih dulu jika dibandingkan dengan GMT (GMT+3).
Namun tidak semudah itu karena Sejak 125 tahun lalu, GMT telah disepakati sebagai wilayah yang dijadikan ukuran awal waktu dunia karena dilalui titik nol derajat. Penentuan titik ini penting untuk mempermudah ukuran waktu perjalanan dan komunikasi antar-negara.
Dan apabila GMT di geser ke MMT maka sistem penanggalan di seluruh dunia juga harus di geser karena seperti menurut Thomas , penentuan garis bujur yang titik nolnya di Greenwich merupakan konvensi internasional. Dari situ kemudian dunia ini dibagi 360 garis bujur dan menjadi rujukan penentuan waktu dunia.
Kalau garis bujur nol itu bergeser, maka sistem waktu, penanggalan dan hari juga bergeser.
Kalau garis bujur nol itu bergeser, maka sistem waktu, penanggalan dan hari juga bergeser.
Namun alasan lain bagi Arab Saudi, Makkah dianggap lebih tepat sebagai episentrum dunia. Kota suci umat muslim tersebut diklaim sebagai wilayah tanpa kekuatan magnetik, artinya jarum kompas tidak bergerak di daerah ini. Dan Wilayah yang terpotong garis tanggal (tepat 180 derajat garis bujur) adalah wilayah lautan bukan daratan, bukan wilayah berpenduduk," jelas Thomas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar