Enjoy Your Day With a Smile

Senin, 12 Desember 2011

10 Binatang Yang Tampak Biasa Namun Ternyata Sangat Luar Biasa

di dalam dua dunia, baik fiksi atau kenyataan, orang biasanya menandai siapa yang paling jagoan dengan melihat ukuran tubuh mereka, berapa banyak bekas luka pertarungan di tubuhnya atau berapa banyak wanita yang antre untuk mendapatkannya..

Tapi itu tidak selalu terjadi di dunia fauna, beberapa hewan tidak memiliki sifat-sifat seperti di atas, mereka hewan yang tergolong seperti kutu buku dalam dunia manusia, namun kualitas ketagguhan mereka melebihi dari hewan - hewan yang dianggap banyak orang sebagai jagoan dari dunia fauna.. dan inilah mereka.

10.Koala (Penyebar Virus)

 
Anda mengenalnya sebagai ; Yang mempunyai mata kecil, telinga besar dan fuzzy-wuzziness, Koala adalah hewan imut yang mirip boneka dan begitu mengggemaskan, Lihatlah, tidakkah anda ingin memeluknya ?
Namun dalam kenyataannya: JANGAN SENTUH BERUANG PEMALAS ITU!
Tidak, kecuali Anda mengenakan kostum mantel seluruh tubuh, karena Koala dipenuhi dengan Chlamydia . Dalam beberapa tahun terakhir populasi Koala telah terancam oleh wabah penyakit menular seksual, yang menurut para ilmuwan mungkin melenyapkan spesies ini dalam 30 tahun.

Apakah Anda tahu apa artinya ...?
Ini berarti bahwa Koala adalah pemain total, dan mereka tidak peduli siapa yang tahu itu asalkan mereka bisa berhubungan seks dengan mereka. Biasanya Dibutuhkan perilaku seks yang menyimpang untuk mendapatkan penyakit kelamin menular tersebut, dan ternyata Koala sudah melakukannya ..

9.Hercules Beetle (Hewan Terkuat)

 
Anda mengenalnya sebagai: Serangga dengan penjepit yang mirip tanduk dengan ukuran relatif besar di kepalanya.. Tentu, mereka terlihat keren karena mereka serangga yang cukup besar, kan?
Namun dalam kenyataan mereka jauh lebih keren dari hal tersebut, Kumbang ini mampu mengangkat beban yang beratnya 850 kal berat tubuhnya,
Jika saja kumbang ini seukuran manusia maka dia akan mampu mengangkat beban seberat 70 ton !!

8. Kudanil (Pembunuh Manusia Terbanyak)
Anda mengenalnya sebagai:Herbivora gemuk yang tinggal di air dengan kecenderungan menyukai musik R n B, meskipun itu hanya dalamh film Madagaskar. kuda nil yang lucu, ramah ...
Namun dalam kenyataannya:mereka adalah ... mesin pembunuh gila yang agresif didorong oleh kekuatan semata-mata kebencian mereka terhadap kemanusiaan.
Tidak hanya kuda nil salah satu hewan darat terbesar dengan cara mengerikan juga agresif yang tidak takut manusia, dibutuhkan hanya sedikit provokasi untuk memancing kudanil menyerang anda, dengan serangan taring yang besar didukung oleh kekuatan berat badannya yang memukau.
Diperkirakan bahwa kuda nil bertanggung jawab atas sebagian besar kematian manusia yang disebabkan oleh serangan hewan di seluruh Afrika, bahkan lebih banyak dari singa !
dan jangan berpikir bahwa Anda selalu bisa berlari lebih cepat mereka, karena kuda nil dapat mencapai kecepatan hingga 29 km/jam

7. Wombat (Penghancur Otak)
 
Anda mengenalnya sebagai: sepupu dopier dari Koala . Wombat adalah marsupial Australia yang tampak seolah-olah ia makan cupcakes dan menggosok perut.Itu apa yang akan Anda dapatkan jika Anda melintasi sebuah boneka beruang dengan anak anjing. Mereka biasanya berukuran panjang 1 meter

Namun dalam kenyataannya: Wombat sering dimangsa oleh Dingoes dan Tasmania Devils, beberapa bajingan paling sulit yang pernah keluar dari Australia,.
Ketika salah satu dari mereka mendapati sesuatu mirip bola kecil dari bulu binatang, Wombat menggali ke rumah terowongan, membiarkannya terlihat untuk serangan.
Bola dari bulu itu adlah pantat wombat, yang tersusun dari tulang rawan sejati)Kemudian ketika Dingo (anjing hutan liar khas Australia) atau Tasmanian devil mencoba memasukkan kepala mereka untuk sampai dan menangkap Wombat, Wombat segera memberikan mereka tendangan keledai kecil sebagai hadiahnya, yang bisa membuat otak penyerangnya mencair karena kuatnya tendangan Wombat tersebut...
Dengan kata lain : Wombat adalah hewan yang bisa sering membunuh Tasmanian devil, atau dingo dengan tendangannya..

6. Nutria (Kawanan Wabah Kriminal)

 
Anda menganl Nutria Sebagai: Anda mungkin tidak benar-benar tahu seperti apa nutria ,Ini adalah tikus besar, berasal dari Amerika Selatan, yang telah diperkenalkan ke Amerika Serikat oleh petani bulu.

Namun dalam kenyataannya: ... Selain belalang yang menghancurkan suatu wilayah ekosistem dengan makan semuanya tanpa sisa, Tikus ini juga berperilaku seperi itu tapi kali ini dengan ukuran dan porsi makan yang jauh lebih besar dari belalang. Tiap tahun tikus ini menjadi wabah..
Sekarang kalikan dengan seribu Tikus raksasa (jika anda tahu bagaimana dampak tikus kecil sawah yang menghabskan padi petani)
Di Maryland mereka diyakini telah menghancurkan lebih dari 3.000 hektar rawa, dan AS telah mengajukan program multi-juta dolar untuk pemberantasan mereka.
Pada tahun 2005, Louisiana bahkan telah menjadikan tikus besar ini sebagai buronan berhadiah, yang secara tidak langsung menempatkan hewan ini dan keturunannya sebagai hewan kriminal yang paling dicari untuk dibunuh tanpa satupun tersisa

5. Udang Mantis (Peninju Cepat)


Anda mengenal Udang Mantis sebagai : Spesies udang dari pengisi koktail (meskipun secara teknis bukan udang yang sebenarnya).
Udang Mantis yang asing tampak krustasea dengan warna terang fantastis, mereka kadang-kadang membuat jalan mereka untuk perdagangan akuarium, meskipun mereka perlu ditangani dengan hati-hati.

Namun dalam kenyataannya: Alasan mereka perlu ditangani dengan hati-hati karena Udang Mantis akan merusak hari Anda dengan pukulan kuatnya. Itu benar: pukulan, karena itulah bagaimana udang berburu mangsanya.Biologi yang kompleks memungkinkan untuk menghasilkan jeb cepat yang akan membuat Chuck Norris mencicit ketakutan dan kebingungan . Udang Mantis meninju dengan kecepatan melebihi 80 km/jam dan disertai dengan kilatan cahaya dan panas.
Jadi, pada dasarnya, Udang Mantis mampu melemparkan pukulan api ... dalam AIR!

4. Hummingbird (Metabolisme Tertinggi)

 
Anda mengenalnya sebagai: burung kecil menggemaskan yang selalu ingin menjadi seekor lebah.
Tidak hanya memakan nektar tapi juga seperti seekor lebah dengan mengepakkan sayap kecilnya yang lucu dan terlihat oh, paruhnya memanjang bahkan menyerupai sengat kecil. Bukankah mereka benar-benar cantik?

Namun dalam kenyataannya: Yeah, itu hal terbang keseluruhan Hummingbirds lakukan? Mereka melakukannya dengan mengepakkan sayap mereka hingga 90 kali per detik, yang memungkinkan mereka untuk melayang-layang di udara dan bahkan terbang mundur.
Jadi baik-baik saja, terbang mereka sedikit menarik, tapi itu tidak membuat mereka Tentu, benar, benar-benar "tangguh.".

Tapi kenyataan bahwa mereka terus-menerus di ambang kelaparan untuk menyortir kematian tidak.
Ingat, jantung Hummingbird berdetak sekitar 200 kali lebih cepat daripada manusia, yang berarti burung memiliki salah satu dari metabolisme tertinggi di alam dan perlu makan TERUS kalau tidak mereka akan mati.
Mereka pada dasarnya mirip satu insiden kanibalistik jauh dari menjadi Zombies dalam dunia burung.

3.Salmon Pasifik( Kawin Untuk Mati)
Anda mengenalnya sebagai: Hidangan Makan malam yang elegan dan lezat
Singkatnya, Salmon Pasifik adalah variasi ikan pasifik populer yang dikenal untuk sebagai hidangan dengan sisi jamur goreng dan terung.

Namun dalam kenyataannya: Mahluk apa yang melakukan perjalanan terjauh untuk berhubungan seks?
Apapun jawaban Anda mungkin, tidak ada yang dapat cocok dengan perjalanan apa yang Salmon Pasifik  lalui untuk mereproduksi.
Untuk bertelur, Salmon Pasifik pertama masuk air tawar, setelah itu berhenti makan dan perutnya hancur untuk membuat ruang untuk sperma yang lebih atau telur.
Kemudian, ikan berenang hulu, menghindari beruang, dan nelayan, sampai mereka mencapai tempat yang sama tepat di mana mereka lahir, semua tanpa peta, GPS atau sistem saraf maju.
Di sana, mereka mulai berhubungan seks sampai semuanya mati.

2.Kasuari (Tendangan Maut)

 
Anda mengenalnya sebagai: Burung kalkun besar.
Namun dalam kenyataannya: Apakah Anda tahu bahwa Kasuari itu terpilih sebagai burung paling berbahaya di planet ini oleh Guinness Book of World Records?Yup, itulah YANG TERJADI, bukannya Rajawali, Elang, bahkan bukan pemangsa kobra. And why? mengapa?
Karena Kasuari adalah ninja dari kerajaan burung. Dikatakan bahwa Anda dapat sering melintasinya di alam liar dan tidak menyadarinya.
Begitulah, sampai ia memutuskan untuk menyerang Anda dengan cakar ultra tajam.
Kasuari memiliki kaki yang sangat kuat, yang dapat digunakan untuk mengeluarkan isi perut Anda dalam satu tendangan keras.
Mereka juga cukup agresif jadi jika Anda suatu hari terlanjur membuat burung ini marah, sebaiknya anda berbaring dan berharap agar burung ini segera mengacuhkan anda..
Berlari untuk menghindari kejaran burung ini tidak akan banyak membantu, karena kecepatan burung ini bisa mencapai 80 km/jam, kasuari juga perenang yang hebat.
sehingga Kasuari mendapat julukan Hiu darat.

1.Immortal Jellyfish (Binatang Abadi)

 
Anda mengenalnya sebagai : Hewan air lengket yang berwarna transparan dengan pencahayaan yang eksotis, tapi tunggu.. bukankah ini terlihat seperi ubur - ubur tua biasa ..?

Namun dalam kenyataannya: Dari sudut pandang biologi, Ubur-ubur Immortal (Turritopsis Nutricula) benar-benar bisa hidup selamanya.
Ketika Ubur-ubur mencapai kematangan dia dapat kembali sendiri untuk membentuk polipnya (keadaan matang seksual) yang kemudian melahirkan sebuah koloni baru.
Lihat, dalam kerajaan hewan, umumnya hewan menua dan mulai menurun fungsinya untuk tetap hidup setelah mereka mencapai kematangan seksual dan mereproduksi tetapi Ubur-ubur Immortal menipu proses ini, dengan memutar kembali waktu pada dirinya sendiri dan bereproduksi secara aseksual dalam apa yang disebut secara teknis, bisa menjadi siklus tak berujung .
Ini seperti jika Anda mampu mengubah diri menjadi ibu anda sendiri Anda hamil dan melahirkan tiga versi baru dari diri Anda.

READ MORE - 10 Binatang Yang Tampak Biasa Namun Ternyata Sangat Luar Biasa

CIA Dibalik Sejarah dan Pemberontakan Di Indonesia


Diskursus tentang CIA dan peranannya dalam perjalanan sejarah bangsa ini kembali mengemuka ketika buku Tim Werner berjudul “Legacy of Ashes” diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan menyinggung tentang direkrutnya Adam Malik menjadi agen CIA. Polemik pun merebak. Ada yang percaya, ada yang tidak. Dan seperti juga kasus lainnya di negeri ini, kontroversi itu pun segera menguap, berakhir tanpa ending yang jelas. Fakta inilah yang membuat banyak orang luar menyebut bangsa ini memiliki memori yang amat pendek.

Di sini Kami tidak secara khusus menyoroti polemik tersebut, namun Kami akan mencoba untuk menelusuri jejak-jejak CIA di dalam merecoki perjalanan sejarah Indonesia sampai kini. Semoga apa yang Kami paparkan bisa menambah wawasan dan meningkatkan kewaspadaan kita semua. Amien.

Negasi Komunisme

Kemenangan kaum komunis dalam Revolusi Merah Oktober 1917 telah mencemaskan AS. Sejak itu pula, AS merancang satu strategi untuk menghancurkan Rusia. “Tanggal 8 Januari 1918, Presiden AS Woodrow Wilson mengumumkan Program 14 Pasal. Dalam suatu komentar rahasia mengenai program ini, Wilson mengakui jika usaha menghancurkan dan mencerai-beraikan Soviet Uni sudah direncanakan. ” (Vsyemirnaya Istoria 1961, VIII:82). Dan kita tahu, baru pada tahun 1992 Soviet hancur.


Presiden AS Woodrow Wilson
Rencana Wilson saat itu tidak bekerja dengan efektif disebabkan fokus kerja intelijen yang kurang, depresi besar 1930, dan Perang Dunia I dan II. Barulah usai Perang Dunia II AS sungguh-sungguh menyadari betapa Soviet harus dihadapi dengan serius.


Truman Doctrine untuk mengepung penyebaran komunisme dikeluarkan pada 1947. Disusul dengan Marshall Plan tahun berikutnya guna membangun kembali Eropa dari puing-puing akibat PD II. Indonesia (istilah dulu “Hindia Belanda”) merupakan satu-satunya wilayah koloni Eropa yang dicakup dalam rencana dasar Marshall Plan. Akibatnya, bantuan keuangan AS kepada Belanda menyebabkan Den Hag mampu untuk memperkuat genggamannya atas Indonesia. Belanda melancarkan embargo ekonomi terhadap pemerintah RI yang berpusat di Yogya kala itu.



Bukan itu saja, Washington juga secara rahasia ikut membantu militer Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. “Ketika tentara kerajaan Belanda kembali datang ke Jawa dan Sumatera pada musim semi 1946, banyak serdadu Belanda mengenakan seragam marinir AS dan mengendarai jeep Angkatan Darat AS.” (Gouda and; Zaalberg: Indonesia Merdeka Karena Amerika?, Politik Luar Negeri AS dan Nasionalisme Indonesia 1920-1949; 2008). Bahkan AS diyakini turut membantu Belanda dalam serangan militer Belanda II atas Yogya pada 18 Desember 1948 (Dorling and; Lee; Australia and Indonesia’s Independence vol.2: The Renville Agreement: 1996).



Perhatian AS terhadap Indonesia sangat besar sejak sebelum Perang Dunia II disebabkan letaknya yang sangat strategis dan kandungan kekayaan alam yang luar biasa. Sebab itu, menjadikan Indonesia sebagai “wilayah yang bersahabat” dipandang sangat penting bagi AS. George F. Kennan, Direktur Policy Planning Staff (PPS), pernah berkata kepada Menteri Luar Negeri AS George C. Marshall pada 17 Desember 1948, “Persoalan paling penting dalam pergulatan kita dengan Kremlin sekarang adalah persoalan Indonesia.” (Gouda & Zaalberg; p.35).

Kelahiran NATO
NATO

Guna membendung pengaruh komunisme Soviet di Eropa maka AS mendirikan North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada 4 April 1949. Tanggal 1 Oktober 1949 RRC komunis di bawah Mao Tse Tung berdiri. Perang Korea (1950) memaksa tentara AS yang di bawah panji PBB berhadapan langsung melawan tentara RRC yang membantu Korea Utara. Hal ini menjadikan AS merasa perlu untuk mendirikan Southeast Asia Treaty Organization (SEATO). Kian jelas, NATO dimaksudkan sebaga politik pembendungan terhadap Uni Soviet, sedangkan SEATO ditujukan sebagai politik pembendungan terhadap RRC (Soebadio; Hubungan Indonesia Amerika Dasawarsa ke II Tahun 1955-1965; 2005). Di penghujung 1950, RRC dan Uni Soviet menjalin hubungan yang erat. Ini kian mencemaskan AS yang bernafsu menciptakan dunia sebagai pasar bebas yang besar bagi dirinya, dan juga penguasaan atas wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam seperti Indonesia. Sebab itu, Menlu AS Dean Acheson di penghujung 1950 merumuskan kebijakan politik luar negeri AS untuk Asia Pasific. AS menjalin perjanjian dengan sejumlah negara di wilayah tersebut.



Pada 8 September 1951, As mendirikan pangkalan militer di Okinawa-Jepang, Pangkalan Clark dan; Subic di Philipina berdiri pada 30 Agustus 1951, ANZUS (Australia, New Zealand, and United States) berdiri pada 1 September 1951, Korea Selatan pada 1 Oktober 1953, dan Taiwan pada 2 Desember 1954 (Brown; American Security Policy in Asia; Adelphi Papers 132; 1977)

Semua perkembangan global di atas telah dipelajari dengan seksama oleh Soekarno yang sejak muda gandrung pada persatuan Indonesia yang merdeka, berdaulat secara politik dan ekonomi, dan mandiri. Soekarno tahu jika negerinya ini menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Sebab itu dia sungguh-sungguh paham jika suatu hari Indonesia akan mampu untuk tumbuh menjadi sebuah negeri yang besar dan makmur. Sikap Soekarno inilah yang membuatnya menentang segala bentuk Neo Kolonialisme dan Imperialisme (Nekolim) di mana AS menjadi panglimanya.

Amerika Serikat Yang Tidak Bisa Dipercaya
Dalam pandangan Soekarno, Soviet lebih bisa dipercaya ketimbang AS karena Soviet belum pernah menjadi negara kolonial di luar negeri, sebaliknya Inggris dan Perancis adalah bekas negara-negara kolonial yang bersekutu dengan AS (Soebadio: p.42). Sebab itu, Indonesia menentang usaha AS menjadikan negara-negara Asia Pasifik sebagai bonekanya (dengan mendirikan pangkalan militer di wilayahnya masing-masing) dan menjalin kerjasama dengan Soviet dalam kedudukan yang setara. Apalagi Soekarno tahu jika AS membantu Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Hal ini menjadikan AS bernafsu untuk menumbangkan segera Soekarno.

7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh.
Atas sikap keras kepala Soekarno yang tidak mau tunduk pada keinginan AS guna membentuk Pax-Pacific untuk melawan kekuatan komunisme, dan di sisi lain juga berarti menentang tunduk pada sistem kapitalisme yang merupakan induk dari kolonialisme dan imperialisme di mana AS menjadi panglimanya, maka tidak ada jalan lain bagi Amerika untuk menundukkan Soekarno kecuali menyingkirkannya.

Soemitro Djojohadikusumo dan Soedjatmoko
Sejak akhir 1940-an, AS sesungguhnya sudah mengamati gerak-gerik dua tokoh PSI bernama Soemitro Djojohadikusumo dan Soedjatmoko yang berasal dari kalangan elit. AS mengetahui jika keduanya menentang sikap Soekarno. Baik Soedjatmoko maupun Sumitro diketahui menyambut baik Marshall Plan. Bahkan Soedjatmoko berkata, “Strategi Marshall Plan untuk Eropa tergantung pada dapat dipergunakannya sumber-sumber alam Asia.” Koko, demikian panggilan Soedjatmoko, bahkan menawarkan suatu model Indonesia yang terbuka untuk bersekutu dengan Barat. Awal 1949, Sumitro di School of Advanced International Studies yang dibiayai Ford Foundation menerangkan jika pihaknya memiliki model sosialisme yang membolehkan dieksploitasinya kekayaan alam Indonesia oleh Barat ditambah dengan sejumlah insentif bagi modal asing (Suroso; Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008.p.301. Lihat juga Weisman dan Djojohadikoesoemo 1949: 9).

David Ransom dalam “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia: Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di AS Masuk ke Indonesia” (Ramparts; 1971) menulis:

“Di New York, keduanya dibesarkan oleh satu kelompok yang berhubungan erat dengan apa yang biasa disebut Vietnam Lobby, yang menempatkan Ngo Dinh Diem sebagai Kepala Negara Vietnam yang pro AS. Lobi tersebut, di antaranya ada Norman Thomas, terdiri dari anggota-anggota Komite Kemerdekaan untuk Vietnam dan juga Liga India. Mereka merupakan pelopor Sosialis Kanan (Soska) dunia. “Kita harus berusaha agar usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan AS untuk membentuk pemerintah non-komunis di Asia paska PD II jangan sampai ketahuan ketidakwajarannya”, ujar Robert Delson, anggota Liga yang juga Lawyer di Park Avenue. Delson adalah penasehat hukum untuk Indonesia di AS.”

Orang ini, tulis Ransom, selalu menemani dan membawa Sumitro dan Koko keliling AS dan memperkenalkannya kepada sahabat-sahabatnya di Americans for Democratic Action (ADA) yang juga Soska dan berpengaruh dalam sikap polittik luar negeri AS.
Konnferensi Meja Bundar
Usai KMB 1949, Sumitro pulang ke Jakarta dan diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri, dan kemudian juga sebagai Menteri Keuangan dan Dekan Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Sikap Sumitro dan kawan-kawan PSI-nya yang mendukung investasi Belanda di Indonesia merdeka tidak populer di mata rakyat yang nasionalismenya tengah bergelora. Akhirnya pada Pemilu 1955, PSI hanya mendapat suara yang kecil.

Nasionalisasi Aset - Aset Belanda di Indonesia
Pada 1957, untuk memperkuat perekonomian nasional, Bung Karno mengambil langkah berani dengan menasionalisasi aset-aset milik Belanda. Rakyat mendukung penuh langkah ini. Namun Soemitro dan rekan-rekannya dengan berani menentang Bung Karno dan malah bergabung dengan para pemberontak PRRI/PERMESTA yang didukung penuh CIA. Edisi Koleksi Angkasa berjudul “Dirty War, Mesiu di Balik Skandal Politik dan Obat Bius” (juga buku David Wise & Thomas B. Ross: Pemerintah ‘Bayangan’ Amerika Serikat: 2007) memaparkan keterlibatan CIA dalam peristiwa ini: Dalam waktu bersamaan, November 1957, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Bung Karno selamat namun 9 orang tewas dan 45 orang disekelilingnya luka. Pemerintah kala itu mendeteksi jika tindakan makar tersebut didalangi oleh komplotan ektrem kanan yang dimotori Letkol Zulkifli Loebis, pendiri Badan Rahasia Negara Indonesia (BraNI), cikal bakal BIN, dan didukung CIA. Dengan tegas Bung Karno mengatakan jika CIA berada di belakang usaha-usaha pembunuhan terhadap dirinya.

Tudingan Bung Karno terbukti. Dalam satu sesi pertemuan Komite Intelijen Senat AS yang diketuai Senator Frank Church dengan Richard Bissel Jr—mantan wakil Direktur CIA bidang perencanaan operasi—22 tahun kemudian terungkap jika saat itu nama Soekarno memang sudah masuk dalam target operasi Direktur CIA, Allan Dulles.


Dukungan Besar CIA Pada Pemberontakan PRRI/PERMESTA
Dalam operasi mendukung PRRI/PERMESTA, AS menurunkan kekuatan yang tidak main-main. CIA menjadikan Singapura, Filipina (Pangkalan AS Subic & Clark), Taiwan, dan Korea Selatan sebagai pos suplai dan pelatihan bagi pemberontak. Dari Singapura, pejabat Konsulat AS yang berkedudukan di Medan, dengan intensif berkoordinasi dengan Kol. Simbolon, Sumitro, dan Letkol Ventje Soemoeal.



Dalam artikel berjudul “PRRI-PERMESTA, Pemberontakan Para Kolonel” yang ditulis Santoso Purwoadi (Angkasa: Dirty War) dipaparkan jika pada malam hari, 7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh tanpa boleh berhenti di mana pun. Satu divisi pasukan elit AS, US-Marine, di bawah pengawalan sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak disertakan dalam misi tersebut. Dalih AS, pasukan itu untuk mengamankan instalasi perusahaan minyak AS, Caltex, di Pekanbaru, Riau.

Kepada para pemberontak, selain memberikan ribuan pucuk senjata api dan mesin, lengkap dengan amunisi dan aneka granat, CIA juga mendrop sejumlah alat perang berat seperti meriam artileri, truk-truk pengangkut pasukan, aneka jeep, pesawat tempur dan pembom, dan sebagainya. Bahkan sejumlah pesawat tempur AU-Filipina dan AU-Taiwan seperti pesawat F-51D Mustang, pengebom B-26 Invader, AT-11 Kansan, pesawat transport Beechcraft, pesawat amfibi PBY 5 Catalina dipinjamkan CIA kepada pemberontak. Sebab itulah, pemberontak bisa memiliki angkatan udaranya sendiri yang dinamakan AUREV (AU Revolusioner). Beberapa pilot pesawat tempur tersebut bahkan dikendalikan sendiri oleh personil militer AS, Korea Selatan, Taiwan, dan juga Filipina.

Pesan rahasia CIA kepada para pimpinan PPRI agar sebelum mundur dari Riau mereka meledakkan instalasi kilang minyak Caltex dulu, agar dua batalyon US Marine yang sudah menunggu di perairan Dumai bisa mendarat dan menghantam pasukan Yani, dan setelah itu berencana merangsek ke Jakarta guna menumbangkan Soekarno, sama sekali tidak sempat dilakukan para pemberontak.

AGEN CIA TERTANGKAP BASAH
Awalnya pemerintah AS membantah keterlibatannya dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA. Namun sungguh ironis, tidak sampai tiga pekan setelah Presiden Eisenhower menyatakan hal itu, pada 18 Mei 1958, sebuah pesawat pengebom B-29 milik AS ditembak jatuh oleh sistem penangkis serangan udara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI), setelah pesawat itu membombardir sebuah pasar dan landasan udara Ambon. Sebuah kapal laut milik ALRI juga menjadi korban (Soebadio: Hubungan Indonesia Amerika Dasawarsa ke II Tahun 1955-1965; 2005; h. 73).



“Sejumlah rakyat sipil, yang sedang berada di gereja pada acara Kamis Putih, terbunuh dalam serangan di komunitas Kristen tersebut,” tulis David Wise & Thomas B. Ross dalam “The Invisible Government: Pemerintah Bayangan Amerika Serikat” (2007; h. 180). Pilot tempur pesawat tersebut, Allan Lawrence Pope berhasil ditangkap hidup-hidup.


Awalnya, AS lewat Dubes Howard P. Jones berkilah jika Pope merupakan warganegara AS yang terlibat sebagai tentara bayaran, namun pemerintah RI mendapatkan banyak bukti jika Pope merupakan agen CIA yang sengaja ditugaskan membantu pemberontakan guna menggulingkan Bung Karno.

“Pope bukanlah seorang tentara bayaran. Dia terbang atas perintah CIA, yang secara diam-diam mendukung para pemberontak yang mencoba menggulingkan Soekarno… Dalam konferensi pers di Jakarta, 27 Mei, yang digelar oleh Letkol Herman Pieters, Pemimpin Komando Militer Maluku dan Irian Barat di Ambon, menyatakan… 300 sampai 400 tentara AS, Filipin a, dan nasionalis Cina membantu pemberontakan itu.” (Wise & Rose; h.180)

Ancaman AS dibalas Dengan Ancaman Balik Oleh Bung Karno
Atas gertakan AS yang sampai mengerahkan kekuatan dua batayon US Marine dengan Armada ke-7nya ke perairan Riau, Bung Karno sama sekali tidak gentar dan balik mengancam AS agar jangan ikut campur terlalu jauh ke dalam masalah internal NKRI. “AS jangan sampai bermain api dengan Indonesia. Jangan biarkan kekurangpahaman Amerika menyebabkan meletusnya Perang Dunia Ketiga!”

Bung Karno segera mengirim satu pasukan besar di bawah pimpinan Ahmad Yani untuk melibas para pemberontak di Sumatera. Saat itu RRC telah menyiapkan skuadron udaranya serta ribuan tentara regulernya untuk bergerak ke Indonesia guna membantu Soekarno memadamkan pemberontakan yang didukung CIA tersebut, namun Bung Karno menolaknya. “Kekuatan angkatan perang kami masih mampu menghadapi para pemberontak itu,” ujarnya. Dan hal itu terbukti, hanya dalam hitungan jam setelah pasukan Ahmad Yani mendarat di Pekanbaru, Padang, serta Bukit Tinggi—pusat konsentrasi para pemberontak—maka kota-kota penting itu pun direbut tanpa perlawanan yang berarti.

Bahkan pesan rahasia CIA kepada para pimpinan pemberontak agar sebelum mundur dari Riau mereka meledakkan instalasi kilang minyak Caltex dulu, agar dua batalyon US Marine yang sudah menunggu di perairan Dumai bisa mendarat dan menghantam pasukan Yani, dan setelah itu berencana merangsek ke Jakarta guna menumbangkan Soekarno, sama sekali tidak sempat dilakukan para pemberontak. (Edisi Koleksi Angkasa: Dirty War; h.48). Juni 1958, pemberontakan ini berhasil ditumpas.

Sumitro Djojohadikusumo dan sejumlah tokoh yang terlibat pemberontakan melarikan diri ke Singapura dan dari ‘Basis Israel di Asia Tenggara’ itulah, kelompok ini terus menggerogoti kekuasaan Bung Karno dan berusaha agar Indonesia bisa tunduk pada kepentingan kolonialisme dan imperialisme baru (Nekolim) AS.

Operasi Dua Muka AS
Walau awalnya AS membantah keterlibatannya, namun setelah tidak akif lagi di Indonesia, mantan Dubes AS Howard P. Jones mengakui jika dirinya tahu jika CIA ada di belakang pemberontakan itu. Hal ini ditegaskan Jones dalam memoarnya “Indonesia: The Possible Dream” (1990; h.145). Upaya CIA menumbangkan Bung Karno selalu menemui kegagalan. Dari membuat film porno “Bung Karno”, sampai dengan upaya pembunuhan dengan berbagai cara. Hal ini menjadikan CIA harus bekerja ekstra keras. Apalagi Bung Karno secara cerdik akhirnya membeli senjata dan peralatan militer ke negara-negara Blok Timur dalam jumlah besar, setelah AS menolak memberikan peralatan militernya. AS tentu tidak ingin Indonesia lebih jauh bersahabat dengan Blok Timur. Sebab itu, setelah gagal mendukung PRRI/PERMESTA, sikap AS jadi lebih lunak terhadap Indonesia.

19 Agustus 1958, AS akhirnya mengeluarkan pengumuman resmi jika pihaknya bersedia menjual senjatanya kepada Indonesia. “Dalam waktu enam bulan, kurang lebih 21 batalyon Indonesia telah diperlengkapi dengan senjata-senjata ringan Amerika,” (Jones; h. 154)

Namun walau di permukaan AS tampak kian melunak, sesungguhnya AS tengah melancarkan ‘operasi dua muka’ terhadap Indonesia. Di permukaan AS ingin terlihat memperbaharui hubungannya dengan Bung Karno, namun diam-diam CIA masih bergerak untuk menumbangkan Bung Karno dan menyiapkan satu pemerintah baru untuk Indonesia yang mau tunduk pada kepentingan Amerika. Ini termuat dalam dokumentasi laporan Hugh S. Cumming, Kepala Kementerian Pertahanan dan CIA, kepada National Security Council (NSC) pada 3 September 1958. (Suroso; Bung Karno Korban Perang Dingin; 2008; h. 331). Senjata-senjata AS banyak yang dikirim kepada Angkatan Darat, dibanding angkatan lainnya dengan pertimbangan dari analisa agen-agen CIA bahwa elemen ini lebih bisa diajak bekerjasama dengan AS ketimbang elemen lainnya.

Di sisi lain, CIA juga menggarap satu proyek membangun kelompok elit birokrat baru yang pro-AS yang kini dikenal sebagai ‘Berkeley Mafia’. Sumitro dan Soedjatmoko merupakan tokoh penting dalam kelompok ini. Bahkan di awal tahun 1960-an, tokoh-tokoh Mafia Berkeley ini bisa mengajar di Seskoad dan menjalin komunikasi intens dengan sekelompok perwira Angkatan Darat yang memusuhi Panglima Tertinggi/Presiden Soekarno, yang diantaranya adalah Suharto yang kelak berkuasa setelah Bung Karno ditumbangkan di tahun 1965. (untuk hal ini lebih lanjut silakan baca artikel David Ransom: “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia, Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di Amerika Serikat Masuk ke Indonesia”; Ramparts; 1971).

Tumbangnya Sukarno, Kabar Gembira Buat Washington
Tumbangnya Soekarno dan naiknya Jenderal Suharto disambut gembira Washingon. Presiden AS Richard M. Nixon sendiri menyebut hal itu sebagai “Terbukanya upeti besar dari Asia”.



Untuk membangun satu kelompok militer—terutama Angkatan Darat—di Indonesia yang ‘baru’ (baca: pro Amerika), AS menyelenggarakan pendidikan militer untuk para perwira Indonesia ini di Fort Leavenworth, Fort Bragg, dan sebagainya. Pada masa antara 1958-1965 jumlah perwira Indonesia yang mendapat pendidikan ini meningkat menjadi 4.000 orang. (Suroso; 2008; h. 373)

Selain militer, AS juga membangun satu kelompok elit birokrat di Universitas-Universitas AS seperti di Berkeley, MIT, Harvard, dan sebagainya, yang dikenal sebagai Mafia Berkeley. Kedua elemen ini binaan AS ini (kelompok perwira AD yang dipimpin Suharto dan kelompok birokrat yang tergabung dalam ‘Mafia Berkeley’ pimpinan Sumitro) kelak berkuasa di Indonesia setelah Soekarno ditumbangkan. Inilah cikal bakal Orde Baru (The New Order). Amerika Serikat sendiri juga dikenal sebagai pemimpin Orde Dunia Baru (The New World Order).

Sejak kegagalan mendukung PRRI/PERMESTA, National Security Council (NSC) lewat CIA terus memantau perkembangan situasi Indonesia secara intens. Sejumlah lembaga-lembaga sipil dan militer AS juga sangat aktif menggodok orang-orang Indonesia yang dipersiapkan duduk di kursi kekuasaan paska Soekarno.

Sebuah memorandum CIA yang dipersiapkan untuk State Department yang dikeluarkan di Washington, 18 September 1964 berjudul Prospek Untuk Aksi Rahasia berisi 18 point, dalam point ke-16 antara lain berbunyi:

…Seberapa jauh kita dapat melakukan usaha memecah PKI dan lebih penting lagi, untuk mengadu PKI melawan elemen non-komunis, khususnya dengan Angkatan Darat? Sampai sejauh mana, bila dimungkinkan, kita harus menyerang Soekarno? Apakah tidak dapat terpikirkan untuk menggerakkan tekanan internal seperti membangkitkan kerusuhan Cina tahun lalu, dan di bawah syarat-syarat tertentu mungkin akan memaksa Angkatan Darat untuk meraih kekuasaan besar guna memulihkan keamanan dan ketertiban? Kita tidak ingin nampak terlalu ambisius dalam hal ini. Tapi jika kita membangun program yang didalamnya terdapat bentuk [kurang dari 1 baris teks sumber tidak dideklasifikasikan] sebagai supplement di dalam perkembangan politik jangka panjang. Penting sekali mengetahui kemana kita akan berjalan dan mampu menuntut kemungkinan segala konsekuensinya dari segala usaha kita. Saat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah sekarang, tidak ada nanti…” (Dokumen CIA: Melacak Penggulingan Soekarno dan Konspirasi G30S 1965; 2007).

Demikianlah. Sudah banyak literatur dan dokumen yang membongkar keterlibatan CIA di dalam peristiwa Oktober 1965, yang pada akhirnya menjatuhkan Soekarno dan menaikkan Jenderal Suharto. Atas nama pembersihan kaum komunis di negeri ini, CIA turut menyumbang daftar nama kematian (The Dead List) yang berisi 5.000 nama tokoh dan kader PKI di Indonesia kepada Jenderal Suharto. Orang yang dijadikan penghubung antara CIA dan Suharto dalam hal ini adalah Adam Malik (lihat tulisan Kathy Kadane, seorang lawyer dan jurnalis State News Service, berjudul “Para Mantan Agen Berkata: CIA Menyusun Daftar Kematian di Indonesia”; Herald Journal, 19 Mei 1990. Artikel yang sama dimuat di San Fransisco Examiner, 20 Mei 1990; di Washington Post, 21 Mei 1990; dan di Boston Globe, 23 Mei 1990). CIA memang memberi daftar kematian sejumlah 5.000 orang, namun fakta di lapangan jauh di atas angka itu. Kol. Sarwo Edhie, Komandan RPKAD saat itu yang memimpin operasi pembersihan ini, terutama di Jawa Tengah dan Timur, menyebut angka tiga juta orang yang berhasil dihabisi. Bukan tokoh PKI saja yang dibunuh, namun juga orang-orang kecil yang tidak tahu apa-apa yang menjadi korban politik kotor konspiratif antara CIA dengan para ‘local army friend’.

Terbukanya Upeti Besar dari Asia
Tumbangnya Soekarno dan naiknya Jenderal Suharto disambut gembira Washingon. Presiden AS Richard M. Nixon sendiri menyebut hal itu sebagai “Terbukanya upeti besar dari Asia”. Indonesia memang laksana peti harta karun yang berisi segala kekayaan alam yang luar biasa. Jika oleh Soekarno kunci peti harta karun ini dijaga baik-baik bahkan dilindungi dengan segenap kekuatan yang ada, maka oleh Jenderal Suharto, kunci peti harta karun ini malah digadaikan dengan harga murah kepada Amerika Serikat.

“Salah satu hal yang paling prinsipil dari pergantian kepemimpinan di Indonesia, dari Soekarno ke Suharto adalah bergantinya karakter Indonesia dari sebuah bangsa yang berusaha menerapkan kemandirian berdasarkan kedaulatan dan kemerdekaan, menjadi sebuah bangsa yang bergantung pada kekuatan imperialisme dan kolonialisme Barat,” demikian Suar Suroso (Bung Karno, Korban Perang Dingin; 2008).

Prosesi digadaikannya seluruh kekayaan alam negeri ini kepada jaringan imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi di Swiss, November 1967. Jenderal Suharto mengirim sat tim ekonomi dipimpin Sultan Hamengkubuwono IX dan Adam Malik. Tim ini kelak disebut sebagai Mafia Berkeley, menemui para CEO korporasi multinasional yang dipimpin Rockefeller. Dalam pertemuan inilah tanah Indonesia yang kaya raya dengan bahan tambang dikapling-kapling seenaknya oleh mereka dan dibagikan kepada korporasi-korporasi asing, Freeport antara lain mendapat gunung emas di Irian Barat, demikian pula yang lainnya. Bahkan landasan legal formal untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia pun dirancang di Swiss ini yang kemudian dikenal sebagai UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 (John Pilger; The NewRulers of the World). Dan jangan lupa, semua COE korporasi asing tersebut dikuasai oleh jaringan Yahudi Internasional.

Dalam fase awal kekuasaannya, Jenderal Suharto didampingi oleh dua tokoh Orde Baru, sama-sama Amerikanis, yakni Adam Malik dan Sultan Hamengkubuwono IX. Mereka ini dikenal sebagai Triumvirat Orde Baru.

Dalam tulisan berikutnya akan disorot jejak CIA di dalam masa kekuasaan Jenderal Suharto, di mana bukan hanya CIA yang diajak masuk ke Indonesia namun juga nantinya MOSSAD, sebagaimana telah ditulis dengan jelas di dalam Memoirnya Jenderal Soemitro, mantan Pangkopkamtib.

Pada Juli 1966, seorang pejabat CIA, bernama Clarence “Ed” Barbier mendarat di Jakarta. Jabatan resminya adalah Asisten Khusus Duta Besar AS.

David Ransom, di dalam artikel “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia, Kuda Troya Baru dari Universitas-Universitas di Amerika Serikat Masuk ke Indonesia” (Ramparts; 1971), dengan jujur memaparkan bagaimana AS lewat CIA membangun satu kelompok elit baru guna memimpin satu Indonesia yang tunduk pada kepentingan kekuatan Neo-Imperialisme dan Neo-Kolonialisme Barat. Bahkan sesungguhnya, Amerikalah yang merancang dan menyusun strategi pembangunan nasional negeri ini yang dikenal dengan istilah Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) lewat satu tim asistensi CIA dan sejumlah think-tank AS yang bekerja di belakang para teknokrat dan birokrat rezim Orde Baru.

Para pejabat pendiri Orde Baru seperti Adam Malik, Sumitro, Soedjatmoko, dan sebagainya memang dikenal amat dekat dengan para pejabat AS, baik yang bekerja di Jakarta maupun Washington. Lewat CIA, AS telah memanfaatkan para pejabat Indonesia anti Soekarno ini untuk memuluskan kepentingannya. Bahkan Tim Werner dalam “Legacy of Ashes: A History of CIA” (2007) menulis jika Adam Malik telah direkrut menjadi agen CIA lewat pengakuan seorang mantan agen CIA bernama McAvoy. Walau yang terakhir ini sempat jadi polemik, namun kedekatan Adam Malik—dan kawan-kawan-dengan para pejabat AS saat itu adalah suatu fakta sejarah.

Pada Juli 1966, seorang pejabat CIA, bernama Clarence “Ed” Barbier mendarat di Jakarta. Jabatan resminya adalah Asisten Khusus Duta Besar AS. “Eufismisme diplomatik ini biasanya dikhususkan bagi Kepala Stasiun CIA yang secara terbuka menyatakan hal ini kepada negara penerima… Dua kepala stasiun sebelumnya tidak diberitahukan secara resmi kepada pemerintah Soekarno dan hanya terdaftar sebagai ‘Sekretaris Pertama/Politik’, suatu jabatan untuk menyamarkan kepala perwakilan ini di antara para diplomat resminya,” tulis Ken Conboy dalam “Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia” (2007; h. 47-48).

Barbier yang fasih Bahasa Jepang dan bekerja pada intelijen AL-AS pada Perang Dunia II sebelumnya bertugas di Pacific. Dari lembaga intel AL-AS, Barbier dipindahkan ke CIA di awal berdirinya dan bertugas mengawasi jalur komunikasi dinas intelijen Vietnam Selatan.

Salah satu operasi rahasia CIA di Indonesia di awal era Orde Baru adalah operasi HABRINK, yang berbasis di Konsulat AS di Surabaya. Saat itu, rezim Suharto ‘menerima’ warisan perlengkapan dan persenjataan perang dari negara-negara Blok Timur seperti Chekoslovakia dan Soviet. Kebetulan, AS tengah berperang di medan tempur Indocina dan menghadapi pihak lawan yang menggunakan peralatan perang seperti yang ada di Indonesia.

“Operasi rahasia yang digelar pada 1967 ini bertujuan untuk mendapatkan detil teknis dan juga contoh barang perlengkapan militer Soviet seperti Rudal SA-2, kapal selam kelas Whiskey, kapal perang jenis Riga, dan pesawat pembom Tu-16. Operasi ini dibuka kepada umum ketika salah seorang pejabat CIA yang terlibat dalam operasi ini, David Henry Bennet, dihukum pada 1980 karena diketahui telah menjual detil operasi ini kepada pihak Soviet. Hal ini berasal dari catatan Bakin Personnel File atau BPF dengan title ‘David Henry Barnett’”, tulis Conboy dalam bukunya (h.57). Clarence Barbier, demikian tulis Conboy, bekerja dengan mulus di Indonesia disebabkan kesamaan agenda antara AS dengan rezim Suharto, yakni memerangi komunisme. Dalam tugasnya, Barbier merekrut sejumlah orang Indonesia, baik militer maupun sipil. Lewat hubungan yang amat baik dengan Kolonel CPM Nicklany Soedardjo, seorang perwira didikan AS (lulusan Fort Gordon, 1961), Barbier berhasil merekrut seorang tokoh Perti (Partai Tarbiyah Indonesia) bernama Suhaimi Munaf, yang oleh Suharto dianggap dekat dengan orang-orang komunis. Suhaimi sendiri pernah ditangkap pada Februari 1967 dengan tuduhan telah melakukan kejahatan politik.

Pada sekitar Agustus 1968, menjelang kebebasan Suhaimi Munaf, Barbier meminta kepada Kol. CPM Nicklany agar melakukan serangkaian tes psikologi terhadap Suhaimi. Hasil tes menunjukkan Suhaimi memiliki mental baja, keras kepala, dan tidak mudah dipengaruhi. Hasil yang sesuai dengan keinginan CIA. Singkat cerita, Munaf berhasil direkrut CIA dan dikirim ke Pulau Buru dengan menyandang nama sandi Friendly/1. Di pulau tempat pembuangan dan penahanan orang-orang komunis ini, Suhaimi mendapat tugas untuk menjalin hubungan lagi dengan kolega kirinya baik yang berada di dalam maupun luar negeri.

Dengan memanfaatkan simpati atas penahanannya, ia mencari-cari pekerjaan di di kedutaan negara asing komunis… CIA telah menuai sukses awal dengan Friendly/1,” demikian Conboy.

Kerjasama Kol. Nicklany dengan Barbier tidak berhenti di sini saja. Pada awal 1968, Nicklany yang menjabat sebagai Asisten Intelijen Kopkamtib kepada orang-orang terdekatnya menyatakan ingin membentuk satuan tugas kontra intelijen asing, guna menangkap mata-mata asing yang beroperasi di Indonesia. “Mata-mata aing” di sini tentu saja memiliki arti sebagai mata-mata Blok Timur. Karena dengan CIA dan sekutunya, Nicklany malah bekerjasama.

Satuan tugas ini akhirnya terbentuk dengan anggota inti sebanyak enampuluh orang, sepuluh perwira aktif dan sisanya sipil, dan menyandang nama resmi “Satuan Khusus Pelaksana Intelijen” atau Satsus-Pintel, yang kemudian diringkas menjadi “Satuan Khusus Intelijen” atau Satsus-Intel.

Satuan ini mendapatkan dana dari CIA lewat Barbier termasuk gaji personelnya, lalu bantuan kendaraan untuk kegiatan pengamatan (surveilance), biaya sewa rumah-aman (safe house) di Jalan Jatinegara Timur-Jakarta, dan tape recorder mutakhir merk Sony TC-800 serta perangkat penyadap telepon canggih QTC-11. Hingga awal 1970, Satsus-Intel mendapat 16 sepeda motor, 3 sedan Mercedes, 2 Toyota Corolla, 3 Volkswagen, 1 Toyota Jeep, dan 1 Minibus Datsun dengan kaca belakang yang dilapisi penutup agar minibus ini digunakan untuk melakukan pemotretan rahasia. Semuanya dari CIA. (Conboy; h.57).
Jendral Sumitro
Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dengan terus terang menyatakan jika pihaknya memang menjalin kerjasama yang erat dengan MOSSAD Israel, CIA, dan juga MI-6 Inggris dalam hal penumpasan komunis. “Dalam hal ini, Pak Sutopo Yuwono, Pak Kharis Suhud, dan Nicklany. Tiga orang ini yang saya izinkan.” (Soemitro, Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib; 1994; h. 251).

Source : http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=36734
READ MORE - CIA Dibalik Sejarah dan Pemberontakan Di Indonesia

Misteri Dua Kerajaan Nusantara Yang Lenyap Akibat Letusan Tambora

Bukan hanya tahun tanpa musim panas, letusan Tambora juga mengakibatkan wabah penyakit dan bencana kelaparan yang melanda negara-negara dibelahan utara. Jumlah korban yang terkana letusan langsung ditambah korban dampak dari letusan Tambora 1815 diperkirakan menelan korban lebih dari 71.000 jiwa.


Kerajaan yang Hilang

Kerajaan Tambora dan Kerajaan Sugeni berdiri sekitar 1678 - 1789 . Tak ada sejarah kapan pastinya dua kerajaan ini berdiri. Dua kerajaan ini terletak di bagian utara dan selatan kaki gunung tambora . Kedua kerajaan ini selalu berperang untuk memperbutkan wilayah barat tambora yang ketika itu masih wilayah netral . Dan Ketika mereka berperang pada saat itulah Gunung Tambora meletus , hampir di katakan kedua kerajaan ini hampir tak ada yang tersisa karena terkena awan panas , dan menimbun kedua kerajaan ini sehingga kedalaman 8 - 10 meter dibawah abu vulkanik dan tak ada 1 pun penduduk yg selamat dari bencana alam ini.


Kedua kerajaan ini yaitu Kerajaan Tambora dan Kerajaan Sugeni mencuat ketika seorang penduduk desa bernama Munawarman menemukan sebuah benda kerajaan kuno yg di perkirakan berumur 200 tahunan, ketika ia menggali sawahnya . Sontak penemuan ini mengejutkan para ahli sejarah Indonesia beserta dunia. Banyak para ahli sejarah dari berbagai belahan dunia datang ke Indonesia untuk mencari keberdaan dua kerajaan yang bahkan tak tercatat dalam sejarah.

Namun hal ini di larang oleh pemerintah saat itu (yaitu Soeharto ) dengan alasan "Biarlah sebuah misteri tetap menjadi misteri" dan hal inipun kemudian di tutupin. Tujuh tahun kemudian sebuah team “METRO EXPLORER” yang dibantu pemerintah setempat membuka kembali situs bersejarah ini. Setelah 4 minggu penggalian mereka menemukan puluhan bahkan ratusan tengkorak manusia yang tertimbun dengan kedalaman sekitar 11 meter di bawah tanah , kemudian penggalian diperluas hingga ke arah selatan, mereka menemukan cawan (gelas kerjaan) disisa-sisa banggunan tersebut.

Tentu hal ini juga mengejutkan mereka, karena mereka menemukan lagi situs kuno di daerah tersebut, penggalian selanjutnya di teruskan ke arah barat. Di penggalian ini mereka dikejutkan dengan menemukan beberapa ratus tengkorak dengan pakaian tempur lengkap dan senjata ditangan mereka. Di perkirakan Tambora meletus ketika mereka saling berperang dan mereka mati seketika saat bencana mematikan itu.

Catatan Sejarah Tentang Letusan Tambora Yang Mengguncang Dunia

Setelah beberapa abad tertidur, akhirnya Gunung Tambora mulai menunjukkan keperkasaannya kepada dunia pada tahun 1812. Saat itu Kaldera Gunung Tambora mulai bergemuruh dan menghasilkan awan hitam. Pada tanggal 5 April 1815, mulai terjadi erupsi dan disusul dengan bunyi suara gemuruh yang terdengar hingga Ujung Pandang di Selebes (380 km dari Gunung Tambora), Batavia di Jawa (1.260 km dari Gunung Tambora), dan Ternate di Maluku (1.400 km dari Gunung Tambora). Keesokan harinya, tanggal 6 April 1815, abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai tanggal 10 April 1815.

Dari serangkaian letusan yang terjadi dalam waktu beberapa hari, meledakkan dan memotong gunung dengan lebar hampir satu mil. Kolom vulkanik yang keluar dari perut bumi terbang ke angkasa sejauh 40 km dan kembali ke tanah membuat aliran abu besar piroklastik, batu apung dan puing-puing. Aliran piroklastik sudah berdampak menewaskan orang-orang di jalan-jalan, dan melakukan perjalanan sejauh 1.300 km. Ketika aliran ini mencapai laut, menciptakan sebuah perpindahan yang sangat besar sehingga menyebabkan tsunami setinggi 5 meter yang memancar keluar dari pulau. Dan Tsunami ini juga menyebabkan dampak banjir, kehancuran dan kematian pada pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Saat terjadi letusan Tambora, Kerajaan Inggris sedang melakukan intervensi di wilayah koloni Belanda. Sir Thomas Raffles sempat bertinggal di Buitenzorg (Bogor) kemudian menjadi Gubernur Jendral Bengkulu. Saat letusan itu terjadi , Raffles dalam memoirnya , bahwa dentuman terjadi setiap 15 menit sekali dan berlangsung terus di hari berikutnya . Sehingga satu detasemen prajurit di persiapkan dari Jogjakarta untuk mengantisipasi kemungkinan serangan.

Letusan pertama terdengar di pulau ini pada sore hari tanggal 5 April, mereka menyadarinya setiap seperempat jam, dan terus berlanjut dengan jarak waktu sampai hari selanjutnya. Suaranya, pada contoh pertama, hampir dianggap suara meriam; sangat banyak sehingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Djocjocarta, dengan perkiraan bahwa pos terdekat diserang, dan sepanjang pesisir, perahu-perahu dikirimkan pada dua kesempatan dalam pencarian sebuah kapal yang semestinya berada dalam keadaan darurat.
—Sir Thomas Raffles’ memoir.

Raffles juga mengirim perwira untuk meneliti keadaan di Flores , yang kemudian hasil laporan menyebutkan bahwa Flores berada dalam kondisi yang mengenaskan , mayat-mayat bergelimpangan , rumah-rumah roboh dan terbenam , banyak kuda yang mati , air terkontaminasi racun vulkanik.

Dalam perjalananku menuju bagian barat pulau, aku hampir melewati seluruh Dompo dan banyak bagian dari Bima. Kesengsaraan besar-besaran terhadap penduduk yang berkurang memberikan pukulan hebat terhadap penglihatan. Masih terdapat mayat di jalan dan tanda banyak lainnya telah terkubur: desa hampir sepenuhnya ditinggalkan dan rumah-rumah rubuh, penduduk yang selamat kesulitan mencari makanan.
...
Sejak letusan, diare menyerang warga di Bima, Dompo, dan Sang’ir, yang menyerang jumlah penduduk yang besar. Diduga penduduk minum air yang terkontaminasi abu, dan kuda juga meninggal, dalam jumlah yang besar untuk masalah yang sama.
—Letnan Philips diperintahkan Sir Stamford Raffles untuk pergi ke Sumbawa
Letusan 1815

Suara gemuruh yang dihasilkan oleh erupsi Gunung Tambora, terdengar ke Pulau Andalas dan Pulau Borneo (lebih dari 2.600 km dari Gunung Tambora) pada tanggal 10-11 April 1815. Suara yang terdengar ini, awalnya dianggap sebagai suara tembakan meriam.

Tanggal 10 April 1815, Gunung Tambora memuntahkan lebih dari satu setengah juta ton (400 km³) debu vulkanik dan sulfur ke lapisan atmosfer. Erupsi Tambora tercatat sebagai erupsi terbesar didunia setelah Gunung Toba (saat ini Danau Toba), yang terjadi pada masa purbakala. Oleh karena itu Ledakan Tambora adalah ledakan terbesar didunia sejak peradaban manusia modern. Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh pada skala VEI (Volcanic Explosivity Index). Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan Gunung Krakatau, 68 tahun setelahnya.

Akibatnya, semua tumbuh-tumbuhan di pulau hancur. Pohon yang tumbang, bercampur dengan abu batu apung, kemudian hanyut dilaut dan membentuk rakit dengan jarak lintas melebihi 5 km. Rakit batu apung lainnya ditemukan di Samudra Hindia, di dekat Kolkata pada tanggal 1 dan 3 Oktober 1815. Awan dengan abu tebal masih menyelimuti puncak pada tanggal 23 April. Ledakan berhenti pada tanggal 15 Juli, walaupun emisi asab masih terlihat pada tanggal 23 Agustus. Api dan gempa susulan dilaporkan terjadi pada bulan Agustus tahun 1819, empat tahun setelah letusan.

Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1-2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia, membuat sebuah fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris antara tanggal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815. Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.

Sebelum letusan April 1815, Gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, yang mengokohkannya menjadi salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung menyusut hingga setinggi 2.851 m. Sampai saat ini kaldera Gunung Tambora adalah salah satu kaldera terluas didunia.
READ MORE - Misteri Dua Kerajaan Nusantara Yang Lenyap Akibat Letusan Tambora

Foto - Foto Baru Dari National Geographic Yang Eksotis dan Impresif

Para Fotografer dunia mengirimkan setiap bulan untuk National Geographic beberapa foto terbaik mereka tentang alam untuk mengingatkan kita, betapa indah planet kita ini, meskipun industrialisasi perlahan mulai menguburnya.

Seiring dengan melihat foto-foto alam ini kita menemukan contoh dari berbagai budaya dengan keunikan mereka yang indah juga eksotis . Kita seharusnya berterima kasih kepada National Geographic atas dukungan mereka yang diberikan kepada para fotografer untuk menunjukkan pekerjaan mereka yang luar biasa untuk kita nikmati.

Lago di Olginate, Italy

Lago di Olginate, Italy Photography

 

Sunrise Skyline, Bagan

Sunrise Skyline, Bagan Photography

 

Oceanic Whitetip Shark, Bahamas

Oceanic Whitetip Shark, Bahamas Photography

 

Common Tern Chick

Common Tern Chick Photography

 

Stratus Clouds, Greenland

Stratus Clouds, Greenland Photography

 

Mount Rocciamelone, Italy

Mount Rocciamelone, Italy Photography

 

Aurora Borealis, Iceland

Aurora Borealis, Iceland Photography

 

Nove Mlyny, Czech Republic

Nove Mlyny, Czech Republic Photography

 

Badab Sourt Spring, Iran

Badab Sourt Spring, Iran Photography

 

Sharks, Bahamas

Sharks, Bahamas Photography


Gray Wolves, Minnesota

Gray Wolves, Minnesota Photography

 

Caiman and Turtles, Guatemala

Caiman and Turtles, Guatemala Photography

 

Desert Crossing Rajasthan, India

Desert Crossing Rajasthan, India Photography

 

Lightning, Arizona

Lightning, Arizona Photography

 

Blue Tongued Lizard, Australia

Blue Tongued Lizard, Australia Photography

 

Parrotfish, Great Barrier Reef

Parrotfish, Great Barrier Reef Photography

 

Gecko and Palm Frond

Gecko and Palm Frond Photography

 

Buffalo, Indonesia

Buffalo, Indonesia Photography

 

Leopard, South Africa

Leopard, South Africa Photography

 

Dhaka, Bangladesh

Dhaka, Bangladesh Photography

 

Valley of Ten Thousand Smokes, Alaska

Valley of Ten Thousand Smokes, Alaska Photography

 

Situ Gunung, Indonesia

Situ Gunung, Indonesia Photography

 

Scottish Highlands

Scottish Highlands Photography

 

Hang En Cave, Vietnam

Hang En Cave, Vietnam Photography

 

Holi Celebration, India

Holi Celebration, India Photography

 

Timber Wolves

Timber Wolves Photography

 

Polar Bear and Cub, Svalbard

Polar Bear and Cub, Svalbard Photography

 

Autumn Woods, Germany

Autumn Woods, Germany Photography

 

BASE Jumping, Yosemite

BASE Jumping, Yosemite Photography

 

Underwater Sculpture Park, Grenada

Underwater Sculpture Park, Grenada Photography

 

Cenotes, Chichen Itza, Mexico

Cenotes, Chichen Itza, Mexico Photography

 

Alaska King Crab

Alaska King Crab Photography

 

Hot Air Balloons, Cappadocia

Hot Air Balloons, Cappadocia Photography

 

El Capitan, Yosemite National Park

El Capitan, Yosemite National Park Photography

 

Ivanhoe Reservoir, Los Angeles

Ivanhoe Reservoir, Los Angeles Photography

 

Autumn Landscape, Adirondacks

Autumn Landscape, Adirondacks Photography



Kung-Fu Master, China

Kung-Fu Master, China Photography

 

Sunken Ship Key, Largo

Sunken Ship Key, Largo Photography

 

Cottonmouth, North Carolina

Cottonmouth, North Carolina Photography

 

Deer, Japan

Deer, Japan Photography

 

Yellow Birch, Adirondacks

Yellow Birch, Adirondacks Photography

 

Spring Field

Spring Field Photography

READ MORE - Foto - Foto Baru Dari National Geographic Yang Eksotis dan Impresif

Most Popular