Membahas masalah- masalah di negeri ini memang tak pernah ada habisnya. Kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial dan pengangguran adalah hal problem berkepanjangan di negeri ini. Bukan tanpa alasan, karena tekanan kemiskinan kurangnya lapangan pekerjaan dan lantangnya kesejangan sosial akhirnya memaksa mereka untuk melakukan tindakan kriminal, merampok, mencuri, mencopet, mengemis, dan lain sebagainya, tapi semua itu dilakukan demi sesuap nasi agar tetap bisa bertahan hidup yang tidak bisa ditawar dan ditunda- tunda lagi.
Inilah ironisnya bangsa kita. Indonesia negara terkaya tapi mengapa rakyatnya harus menanggung kemiskinan. Indonesia negara yang terkenal dengan budi luhur dan keramah tamahannya tapi kriminalitas, perampokan, pembunuhan adalah langganan yang setiap hari di muat di media massa. Dan yang paling sering kita dengar sebagai rakyat, sebagai pelajar, sebagai mahasiswa, sebagai pejabat pemerintah, dan apalah saja itu. INDONESIA ADALAH NEGARA MERDEKA. Mungkin itu yang aku dan kalian dengar dari guru saat masih menempuh bangku pendidikan. Yang kita tahu merdeka adalah bebas, merdeka adalah kejayaan, merdeka adalah kemenangan, merdeka adalah kesuksesan. Merdeka adalah mereka yang makmur hidupnya. Bagaimana dengan negara ini? Merdeka adalah tanda tanya besar?. Siapa yang merdeka? berdasarkan data statistik badan pusat statistik:
Lebih dari 32,5 juta orang di himpit kemiskinan,
10% dari jumlah seluruh penduduk indonesia adalah pengganguran tetap
Lebih dari 1,5 juta anak tidak memperoleh pendidikan atau putus sekolah karena terbentur biaya
Sekitar 18,6% dari jumlah seluruh anak di indonesia menderita gizi buruk
Ini adalah sedikit contoh dari seribu masalah yang ada. Lantas! MERDEKA itu milik siapa?Cobalah untuk melihat wajah negeri ini dari dekat. Luangkan waktumu sejenak turun kebawah melihat mereka yang kesusahan, anak- anak yang menangis menahan lapar, berpanas panasan demi pecahan uang logam. Inilah fakta, tidak seperti teori yang didapat di bangku pendidikan. Negara yang kaya pangan, energi, SDA dan SDM, adalah negara yang sekitar 32,5 juta penduduknya masih terhimpit garis kemiskinan. Inilah potret dari dalam negeri ini, semua benar- benar ada di indonesia.
Dari pasal 34 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi “ fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Namun kenyataan yang tidak bisa dibantah.
Inilah wajah asli indonesia, meski terasa perih namun harus di akui.
Satu lagi problematika yang masih merudung bangsa ini. “KEADILAN”. Dalam Pancasila butir ke-5 tertulis pernyataan “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Benarkah demikin? Apakah hukum sudah mencakup ke seluruh masyarakat indonesia?. Jawaban yang sesuai dengan fakta adalah “TIDAK”. Hukum di indonesia hanya tegas dan keras terhadap rakyat kecil atau masyarakat biasa tsebalikya terhadap Oknum- Oknum penguasa dan mereka yang berkantong tebal hukum adalah saham bisa yang di tawar dan di beli. Bukan sesuatu yang sulit bagi golongan ini untuk menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. Jadi keadilan adalah hal yang masih primitif di negeri ini. Siapa ang kuat dialah yang menang.
Maka ia memilih cara lain untuk mencari keadilan yang diimpikan, Ia pun beberapa kali mengirim surat ke Presiden, dan hasilnya tidak memuaskan.
Demi menuntut keadilan, Indra pun mencari jalan lain lagi. Ia nekad berjalan kaki dari Malang , Jawa Timur, menuju Jakarta. Ia menempuh perjalanan 22 hari, tujuaannya; bertemu dengan orang nomor satu di negeri ini
Dari Jakarta, Sumarsih, terus berjuang untuk mencari keadilan atas kematian putra tercintanya Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan. Wawan adalah salah satu korban penembakan di tragedi Semanggi I tahun 1998.
Sudah 12 tahun Sumarsih bersama keluarga korban lainnya mencari keadilan, berharap hukum di negeri ini bisa menyeret pelaku penembakan dalam tragedi itu ke pengadilan. Maka berbagai aksi ia lakukan, berbagai mediasi ia tempuh, sampai berbagai aksi demo ia jalani. Semua demi memenuhi rasa keadilan yang ia harapkan.
Hingga sekarang Sumarsih tidak menyerah. Jika melewati istana kenegaraan setiap hari Kamis, maka kita masih akan menjumpai ibu Sumarsih berbaju dan berpayung hitam , berdiri di kawasan Monas menghadap istana. Ia menjadi bagian dari kelompok para pencari keadilan HAM, yang tak pernah mematikan asa dan terus bermimpi untuk mendapat keadilan. “Target kami bukan bertemu Presiden, tapi penegakan hukum,” ujar Ibu yang selalu tampil dengan busana hitam ini.
Sementara itu, Sisi Chalik sudah sepuluh tahun berjuang atas kasus mal praktek yang menimpa dirinya.
Pada mei tahun 2000, Sisi menjalani operasi pengangkatan myioma di rahimnya. Pasca operasi kondisinya justru malah semakin memburuk, bahkan sempat masuk ICU. Operasi berulang sempat ia jalani, karena ada masalah di usus akibat kesalahan dalam proses operasi. Alhasil dalam periode Mei – Juni 2000, Sisi harus menjalani lima kali operasi, termasuk operasi untuk membuat colostomy atau lubang untuk pembuangan dubur di perut.
Pada akhirnya Sisi merasa kecewa, karena operasi miyoma itu telah meninggalkan cacat di tubuhnya. Bertahun-tahun sisi harus membiasakan hidup dengan sebuah lubang di perutnya. Setiap hari ia juga harus merawat dan membersihkannya dengan telaten. Sepuluh tahun sudah Sisi berjuang menuntut keadilan atas tindakan mal praktek ini. Ia pantang menyerah dan mengaku akan terus berjuang untuk haknya dan terus berjuang bagi kehidupannya meski dalam kondisi yang demikian.
Keluar dari masalah diatas atu lagi yang paling marak dan turun temurun di negeri ini. Korupsi adalah yang sedang merajalela di pemerintahan ini. Tak mudah untuk menjadi korupsi, harus menjadi orang pintar dengan sekolah setinggi- tingginya. Duduk di kursi empuk dengan jas dan dasi yang menambah gagah. Mereka orang pintar mereka orang berpendidikan tetapi mengapa bisa melakukan hal- hal yang salah? Mereka tahu korupsi itu haram dan mungkin sudah ditanamkankan mulai dari orang tua sampai guru, bahkan dosen. Tapi tetap saja semua itu terjadi. Tahu paham bahwa korupsi itu salah bukan berarti tidak akan dilakukan. Semua adalah kesadaran, jiwa untuk bisa menahan itulah yang penting.
Saya rasa tidak perlu menampilkan cuplikan peristiwa dai yang satu ini karena saya yakin anda sendiri sudah bosan mendengar ulah mereka para koruptor. Yang setiap hari memenuhi laman media sebagai berita utama.
Untuk itu marilah kita seluruh masyarakat indonesia, gotonglah negeri ini untuk bangkit. Bersatu untuk kedaulatan bukan karena bayaran. Lantang berteriak untuk kebenaran. Janganlah berharap orang dulu untuk berubah tapi mulailah dari diri sendiri. Membangun diri sendiri hingga akhirnya mampu membangun orang lain hingga nantinya mampu membangun negeri ini. Dan ketika anak cucu kita melihat negeri ini jangan ada lagi semua yang telah terjadi saat ini. Mulailah menjadi contoh dari mereka yang akan menjadi penerus bangsa ini. Semoga ini bukan mimpi.
Indonesia kamu bisa!!!!