Enjoy Your Day With a Smile

Kamis, 18 November 2010

Sebelum Kematian Menjemputku

Happy Reading..

Check This Out. :)

Di dalam ruang ICU, terbaring lemah seorang anak kecil berumur 7-8 tahun. selang selang infus terpasang di tangannya, dan nafasnya di bantu dengan alat Pernafasan. Dan anak itu bernama, Anak Agung Ngurah Deva Ekada Saputra yang biasa di panggil dengan sebutan DEVA. Deva mengalami kecelakaan yang cukup parah, kapalanya terus mengeluarkan darah. Dokter2 sedang menanganinya di ruang ICU tersebut.

@ Ruang Tunggu
“Deva” ucap Bunda tak kuasa melihat ke adaan deva
“Sabar bun, Deva pasti tidak apa2.” Ucap Cakka
Keluarga Deva menunggu menunggu di ruang Tunggu dengan perasaan Gelisah, Khawatir dan Sedih melihat ke adaan Deva. 1..2…3..4 Jam mereka menunggu dan akhirnya Dokter keluar dari dalam Ruang ICU..
“bisa bicara sebentar dengan Ibunda dan Ayahanda Deva ?” tanya Dokter
“Yaa” ucap Bunda dan Ayah deva
Merekapun akhirnya pergi bersama dokter untuk membicarakan Keadaan Deva. Sedangkan Cakka, masih menunggu Deva di ruang Tunggu.

@ Ruang Dokter
“Bu, Pak.. anak Ibu dan Bapak, mengalami Pendarahan di kepalanya. Kemungkinan kalau diaa sudah sadar dan sudah remaja dia akan menjadi anak yang Lemah. Anak anda tidak boleh terlalu capek,  dan terlalu fokus pada suatu Pelajaran, Ekskul, atau masalah Pribadi yang lain. Dan di perkirakan umur anak anda hanya sampai 14-15 tahunan” ucap Dokter
“apa hubungannya dok Pendarahan di kepala, anak saya menjadi lemah ? Oh Tuhan” tanya Ayah
“itu di karena, anak anda mengalami penyakit Kanker Otak. Mungkin Kanker Otak yg cukup Parah” kata Dokter
Bunda Deva terkejut saat dokter memberi tau kalau Deva mengidap penyakit Kanker Otak. seorang ibu pasti tidak terima jika anaknya Sakit. Butir-Butir Air Mata Bunda tidak terasa membasahi Pipi Bunda.
“apa anak saya bisa di sembuhkan Dokter ? Tolong Dokter, Tolong” kata Ayah memohon pertolongan
“Maaf Pak, saya hanya seorang Dokter. Sekarang Bapak dan Ibu berdoa saja. supaya anak bapak dan ibu dapat Sembuh dan menjadi anak biasa seperti yang lain” ucap Dokter

Back @ Ruang Tunggu
Bunda Dan Ayah deva kembali menunggu Deva bersama Cakka. Bunda masih dengan keadaan menangis, duduk di sebelah Cakka.
“B..Bu..Bunda?” kata Cakka  dengan muka sedih
Bunda memeluk Cakka, Bunda masih dalam ke adaan menangis. Cakka bingung sendiri, dia tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi.
“Yah, Bunda Kenapa ? Kenapa dengan Bunda ? Kenapa dengan Deva ?” tanya Cakka
Ayah hanya diam, sepertinya sedang berfikir. Cakka bertanya untuk yang ke dua kalinya. Akhirnya ayah menjawab.
“a..adekmu De..de..deva…” katanya berat untuk bicara
“Deva kenapa yah ? deva gak apa2 kan ?” tanya Cakka
“Deva pendarahan di Kepalanya dan Kanker Otak” ucap Ayah
“HAH? Bohong. Ayah bercanda kan ?” tanya Cakka tak percaya
Ayah hanya mengangguk pelan. Cakka tekejut, matanya berkaca kaca dan akhirnya air mata Cakka jatuh.

Beberapa jam kemudian, semua dokter yang sedang menangani Deva keluar. Sedangkan Deva masih terbaring Lemah, antara Hidup dan Mati. Kapalanya Di Perban, Nafasnya di bantu, Tangannya terpasang selang Infus, dan di sebelahnya ada Alat Pendeteksi Jantung. Keluarga Deva masuk ke Ruang ICU, melihat ke adaan Deva yang Cukup Parah. Tangis, Sedih, dan Haru yang ada di Keluarga Deva. Air Mata Deva tiba2 Jatuh. Sontak Semuanya terkejut. Tapi kata Dokter, orang yang sedang Koma. Pasti seperti itu, padahal sebenarnya dia belum sadar.

Seminggu  Kemudian….
Deva sudah di pindahkan ke Ruang Rawat. Namun ia masih belum Sadarkan Diri. Keluarga Deva masih dengan ke adaan khawatir, melihat Putra Kecil nya belum sadarkan diri. Deva SADAR.. jemari jemarinya bergerak walau perlahan, Keluarga deva tenang2 saja. karena sebelumnya Deva juga pernah seperti ini.. tapi kali ini Lain. Deva mencoba membuka Matanya, dan Deva SADAR..
“Deva” ucap Cakka
“Bun..Bundaa” kata Deva
“Deva, kamu ga apa2 ? Bunda di sini” kata Bunda senang anaknya sudah Sadar
“Ay..Ayah” kata Deva mencari Ayah
“Iyaa Nak, Ayah di sini. Syukurlah kamu sudah sadar” kata Ayah
“Kak..Cakka” kata Deva lagi
“Iyaa Dev” kata Cakka sambil tersenyum
“deva dimana ?” tanya Deva
“di Rumah sakit Dev. Kamu udah Seminggu ga sadarkan diri. Bunda sampai takut, takut kehilangan Deva anak Bunda” kata Bunda
Deva masih terbaring Lemas, Deva mencoba untuk duduk, namun di larang oleh keluarganya. Selama beberapa minggu Deva di rawat dan akhirnya sudah boleh pulang.

@ 5 Tahun Kemudian
Deva sudah kelas 8 SMP. Dia bersekolah di SMP Juara Sejati. Pagi-pagi Deva sudah datang di sekolah, bersama teman temannya. Alvin, Ray, dan Ozy.
“Hoaaaahhmpp, masih pagi cuy” kata Ozy menguap
“Pagi ? Pagi dari mane ? udah jam setengah 7 lebih” ucap Deva
“huh, biasalah. Kata Ozy jam segini tuh SUBUH” kata Ray
“makanya biasain bangun tiap pagi, sehat loh” tambah Alvin
“Ish, ye laa. Kalian ini, aku ajeu yg di salahinn” kata Ozy meniru upin ipin
“Siapa yang nyalahin ?” tanya Deva
“Itu.” Jawab Ozy sambil menunujuk Deva, Alvin, dan Ray
“ah, udah udah. Lupain ajaa, kita bukan nyalahin. Tapi ngasih TAU” ucap Alvin
“yayaya, sama aja” kata Ozy santai

“TEETT….TETTT” bell masuk berbunyi

Ozy, Deva, Alvin, dan Ray segera masuk ke kelas.
“Semuanyaa,, ganti baju. Sekarang olahraga di lapang” ucap Rizky ketua kelas 8B

Semua anak kelas 8B ke ruang ganti pakaian, lalu berbaris di lapangan.
“Aduhh” kata Deva merasakan sesuatu yang aneh di kepalanya
“kenapa dev ?” tanya Ozy
“gak apa2 zy. Yuk kita baris” ucap Deva enteng

Akhirnya semua berolah raga, dengan penuh semangat dank e ceriaan di hari itu, kecuali DEVA. Deva hanya bermain basket di pinggir2 lapang sambil duduk di kursi. Deva melihat kea rah Ray, Alvin, Ozy, dan Rio sedang asik bermain Futsal.
“Devv, yuk main. Seru loh” ajak Ray
Deva hanya menatap dengan muka penuh ke inginan. Tapi Deva ragu, karena kepalanya sangat Pusing.
“Yuk Dev, main sama kita2” ajak Ozy
Akhirnya Deva bangun, dan menghampiri Ozy, Ray, Alvin dan Rio yang sedang main Futsal. Deva ikutan main dengan mereka, setelah 13 menit. Bell istirahat berbunyi. “teettt…teettt”
Deva, Ozy, Ray, Rio, dan Alvin menghentikan peraminannya dan pergi ke kantin untuk beristirahat.
“Yuk ke kantin” ujar Alvin
“Yukkss” balas ray
“aku mau ke kelas. Ga kuat” kata Deva
“ya udah, aku juga mau ke kelas” kata ozy juga
“oke, kita ke kantin dulu yoo” kata Alvin
“ya” balas Deva singkat

@ Kelas
“Dev, kamu kenapa ?” tanya Ozy tiba2
“sakit zy. Kepalaku sakit” kata Deva sambil memegang kepalanya
“kamu sakit apa ? gak apa2 kan ?” tanya Ozy
Deva tidak menjawab. Dia terus berjalan menuju bangkunya dan akhirnya duduk di bangkunya. Di kepalanya deva merasakan pusing yang sangat luar biasa. Deva merintih kesakitan, sedangkan Ozy mencoba mencari bantuan untuk Deva. Darah segar mengalir dari hidung Deva, Deva segera mencari tissue dari dalam tasnya sambil menutupi hidungnya dengan tangan.
“Devaaa…” teriak Ozy kaget
“Zy, aku ga kuat. Pusiinggg:” rintih Deva
 “tunggu Dev, Tunggu Dev. Aku tlp rumah sakit dulu” kata Ozy
“Zy, Tunggu. Aku ga kuat Zy. Tolong bilang ke teman-teman yang lain, Aku Sayang kalian. Kalian sahabat terbaik aku. jangan pernah lupain aku, aku akan selalu ada buat kalian. Walau aku ga ada di samping kalian. Aku udah ga kuat, Maafin aku selama ini. aku sering ngejailin kalian, jahat sama kalian, dan suka bikin kalian marah. Itu karena, aku sayang kalian. Kalian sahabat terbaik aku. salam dari aku buat yang lain Zy. Mungkin ini kata2 terakhirku” ucap Deva sambil meneteskan air matanya
“nggak dev. Kamu jangan ngomong gitu, kamu juga sahabat terbaik aku. kamu pasti sembuh, percayaklah  deva” ucap Ozy
“ga mungkin. Batas umurku sudah habis. Aku punya penyakit Kanker Otak Zy” ucap Deva
 “Hah ? ga mungkin dev. Ga mungkin. Kamu tunggu di sini. Aku bakal tlp rumah sakit” ucap ZOy lalu berlari ke luar
Saat 15 menit Ozy menggalkan deva sendiri di kelas. Ozy terkejut saat melihat Deva sudah berada di lantai dan dia tak sadarkan diri.
“DEVAAAAAAAAAAA, TIDAAKK” teriak Ozy
Akhirnya Deva di larikan ke Rumah Sakit, dengan ambulance. Lagi lagi, deva masuk ruang ICU, kondisinya lebih parah di banding 5 tahun yang lalu. infusan, alat pembantu pernafasan, dan pendeteksi jantung kembali terpasang di Tubuh Deva. Keluarga Deva, Sahabat-sahabat deva menunggu di ruang Tunggu. Sekarang Deva berada di posisi hidup dan mati. Dokter2 sedang menangani Deva.

Entah dimana Deva sekarang terdampar jauh, kini Deva berada di sebuah taman yang begitu indah. Bunga-bunga yang bermekaran seakan menyambut Deva
“selamat datang Deva !!”
Mereka tampak menyebar senyum seindah angkasa yang tertinggi dan wajah mereka yang penuh dengan bintang berkilauan yang tak akan putus asanya. Bukit hijau yang melambangkan sebuah hangat salju yang mengerubungi seluruh tubuh Deva dan mereka bagaikan emas berkilauan atau zamrud yang berjajaran lurus bagai permata yang menghiasi angkasa alam milik-Nya... awan putih salju menyerubungi Deva dan Deva tak dapat menghindar dan sebuah suara malaikat putih membuat batin Deva tersentuh…
"Deva, ayo kemari, sudah saatnya kamu meninggalkan dunia menuju alam abadi yang tak akan ada habisnya." Ucap seseorang
Langkah kaki Deva semakin mantap untuk menunjukkan keinginan melihat indahnya alam abadi yang tak sanggup menembus alam otak Deva.  namun sebelum kehidupan lain Deva terjadi, ke empat orang yang tak lain adalah sahabat Deva. Dengan wajah yang berkelumit sedih, tampak secercah air mata menutupi kegembiraan wajah mereka.
“Deva, Kemarilah” ucap Ozy
“kita bermain bersama lagi” kata Ray
 “kembali pada kita” ucap Rio
“kita masih membutuhkanmu” kata Alvin

Entah ada yang menarik Deva untuk memantapkan pilihan mengikuti suara hati Deva. Suara hati Deva memilih, Alam Abadi. Tempat yang sangat Indah, dan tempat para Malaikat berkumpul. Sebelum melangkah ke alam abadi, deva berkata
“Selamat Tinggal Semuanya. Maafkan semua kesalahaku. Aku menunggu kalian di sini, di Alam Abadi. Jika kalian rindu padaku, lihat ke langit. Bayangkan, aku adalah awan putih yang berada di langit dan ingat, aku akan selalu ada di sisi kalian. I Love You My Best Friends. Good Bye” ucap Deva
Deva menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU, keluarga Deva dan Sahabat Deva Sedih tak kuasa menahan air mata mereka. Dan akhirnya Deva akan hidup di Alam Abadi, untuk Selama Lama Nya.  

___________________________ THE END ___________________________________

Song :

kelak kau akan menjalani hidupmu sendiri.
melupai kenangan yang kita lalui.
yang tersisa hanya aku sendiri di sini.
kau akan terbang jauh menembus awan.
memulai kisah baru tanpa diriku.

Seandainya kau tau, ku tak ingin kau pergi.
meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu.
seandainya kau tau, aku kan selalu CINTA.
jangan kau lupakan kenangan kita selama ini.

Berjanjilah, wahai sahabatku.
bila ku tinggalkan kamu. tetaplah tersenyum.
meski hati, sedih dan menangis.
ku ingin kau tetap tegar, menghadapinya.

bila ku harus pergi, meninggalkan dirimu.
jangan lupakan aku..

semoga dirimu di sana, kan baik2 saja untuk selamanya.
di sini, aku kan selalu. rindukan dirimu..
wahai sahabatku. ;)

#Sorry liricnya ada yang di ganti. supaya sesuai.
Thanks Youu

Source : Deva Note
READ MORE - Sebelum Kematian Menjemputku

Tentang Bung Karno Yang Jago Free Style

 
Bung Karno dalam biografinya hanya menyinggung sedikit masa-masa sekolah di HBS Surabaya. Masa-masa ia berjalan kaki, sementara para murid Belanda sudah ber-haha-hihi dengan sepeda angin. Ia lantas berusaha memperketat pengeluaran sehingga bisa menyisihkan sedikit uang bulanan untuk ditabung.

 
Prinsip sedikit demi sedikit lama-lama membukit itu berbuah sepeda juga. Judulnya, “Bung Karno Akhirnya Punya Sepeda”. Tapi judul itu tidak bertahan lama. Dalam satu kesempatan, Anwar Cokroaminoto, putra H.O.S. Cokroaminoto yang masih berusaha tujuh tahun, iseng-iseng mengeluarkan sepeda Bung Karno, dan menaikinya. Tentu saja tanpa seizin Bung Karno.

Guubbbraaaaakkk…. Anwar tidak bisa mengendalikan laju sepeda, dan menubruk tembok. Sepeda ringsek seketika. Demi melihat suara tubrukan, Bung Karno menghambur keluar. Matanya terbelalak, jantung berdegup kencang, si pitam naik ke ubun-ubun. Ia lihat Anwar berdiri ketakutan, dan tentu saja kesakitan. Sukarno mendelik dan menyepak bokongnya. Anwar pun menangis meraung-raung. Hati Sukarno sendiri menangis melihat sepeda kesayangan yang ia beli dengan susah payah, kini ringsek sudah.

Beberapa tahun kemudian, ketika Sukarno sudah menjadi tokoh pergerakan, mengetuai organisasi, mendapat honorarium… ia berkisah, kembali membeli sepeda. Tapi bukan untuk dirinya, melainkan untuk si Anwar. Mungkin ia merasa bersalah karena dulu telah menyepak bokong Anwar karena marah.

endek kata, Sukarno adalah pengendara sepeda yang baik. Dalam beberapa kunjungan ke luar negeri, ia bahkan menjajal sepeda-sepeda onthel kebanggaan negara itu. Salah satu foto bahkan menunjukkan freestyle onthel ala Bung Karno. Ia bisa menghentikan sepeda, tanpa menjejakkan kaki ke bumi, badan membungkuk dan memegang roda depan. Foto yang lain menunjukkan, zaman dahulu pun, freestyle sudah ada. Bedanya, kalau dulu menggunakan sepeda onthel, sekarang memakai sepeda BMX.

source: http://halpalingunik.blogspot.com/2010/11/bung-karno-juga-jago-freestyle.html
READ MORE - Tentang Bung Karno Yang Jago Free Style

Potret Indonesia

 Mereka mempertaruhkan nyawa mereka demi sekantong daging dan tulang....



Pajak yang seharusnya mensejahterakan mereka malah dinikmati oleh oknum - oknum yang tidak bertanggung jawab...




Sementara hukum sebagai tonggak keadilan negara ternyata masih bisa di beli dengan UANG...








Pemerintah hanya bisa pasrah dan menyerahkan sepenuhnya semua masalah - masalah ini kepada instansi- instansi yang sudah jelas lemah dan mudah diperbudak







Keadilan!! 
Adilmu adalah emas, tembaga dan uang
Keadilan, adilmu adalah kekuasaan yang menindas
Bagimu, tiada adil bila kebenaran....
______                                                              
Putra N

 Bangkit dan berteriaklah untuk keadilan INDONESIA........
READ MORE - Potret Indonesia

Most Popular