Jin sedang merana; ketangkap basah, barangkaliAl-Jaan adalah nenek moyang dari segala bentuk jin yang diciptakan Allah SWT., sebelum Adam dari api yang sangat panas (QS Al-Hijir 15:27). Kata jin berasal dari kata
ijtinan (bahasa Arab) berarti tersembunyi atau tidak terlihat. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS Al-Araf 7:27). Kata jin diambil dari kalimat
Janna lail idza azhama (malam telah menjadikan sesuatu tertutup/tersembunyi karena gelapnya). Calon bayi (yang tersembunyi dalam rahim) disebut "Janin" dan kata "Jannah" atau surga adalah suatu tempat kenikmatan yang tertutup karena rimbunnya pepohonan.
Jin merupakan makhluk gaib yang wujud aslinya tidak dapat dilihat manusia. Akan tetapi bisa terlihat bila jin merubah wujudnya, katakanlah seperti manusia atau berupa ular. Keadaan jin seperti halnya manusia, ada yang saleh (muslim) ada pula yang jahat (kafir). Disebut "iblis" ketika jin itu membangkang dan durhaka kepada perintah Allah SWT untuk sujud (hormat) kepada Adam (QS Al-Kahfi: 18:50). Iblis tidak mau sujud kepada Adam karena merasa derajatnya lebih tinggi dari pada manusia, karena ia diciptakan dari api, sedang manusia dari tanah (QS Al-Araf 7:12). Dan disebut dengan kata "setan" ketika ia melakukan tipu daya dan godaan kepada anak cucu Adam AS. Iblis dan setan termasuk dalam golongan jin yang kafir.
Ilustrasi: IstimewaSetan Jin dan Setan Manusia
Ketika Iblis tidak mau tunduk pada perintah Allah SWT, dia diturunkan dari surga dan jadilah ia termasuk orang-orang terkutuk dan terlaknat. Ia terputus dari rahmat Allah SWT dan dari segala kebaikan. Hanya kejahatan yang dimiliknya dan tidak menyeru manusia melainkan kepada kesesatan yaitu perbuatan yang buruk dan jahat. Iblis berjanji kepada Allah SWT: "Demi kekuasaanMu aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlishin di antara mereka (QS Ash_Shad 38: 82-83).
Setan menyesatkan manusia dengan cara membisikkan perbuatan batil dan dusta dan memandang baik perbuatan maksiat. Setan hanyalah sebagai provokator, sedangkan manusia yang terprovokasi itulah yang berbuat. Sehingga jadilah ia setan manusia yang perbuatannya sama dengan setan dari golongan jin, yaitu menyesatkan manusia.
Seorang ulama tabi'in, Malik bin Dinar mengatakan: "Setan dari golongan manusia lebih berat dari setan golongan jin. Setan golongan jin lari ketika aku membaca ta'awudz kepada Allah. Setan manusia di pelupuk mata dia mendatangiku dan menarikku menuju maksiat".
Ada seorang lelaki bernadzar, bila nanti doanya dikabulkan Allah SWT , dia akan memberi sedekah pada Setan. Rupanya Allah SWT mengabulkan doa lelaki tsb. Karena nadzar hukumnya wajib (QS Al-Insaan 76:7), maka ia kerepotan kemana harus pergi menemui setan yang tidak terlihat itu. Akhirnya dia mencoba mendatangi sebuah pohon besar yang menurut cerita dari orang di sekitarnya pohon itu ada setan penunggunya. Sesampainya ia di pohon yang konon angker itu, lelaki tadi mendengar bisikan lembut: "Hai manusia..apa maksud kedatanganmu?"
Lelaki itu kaget dibuatnya, namun dia yakin itu pasti suara setan, karena tidak ada satu pun manusia di sekeliling pohon itu. Dengan agak sedikit takut, lelaki itu menjawab:
"Hai setan, aku telah bernadzar untuk bersedekah untukmu, tapi bagaimana aku tahu sedekah ini sampai di tanganmu sedang aku tidak bisa melihatmu?"
Setan kembali berbisik: 'Hai manusia, berikan saja sedekahmu itu kepada anak buahku yang engkau bisa melihatnya!"
"Lantas bagaimana bisa melihatnya?" seru lelaki tadi.
Setan itu menasehati: "Jika engkau ingin menemui anak buahku dan memberikan sendiri sedekahmu itu, pergilah ke pasar, carilah pedagang yang berlaku curang dengan mengurangi takaran atau timbangannya...nah berikan sedekahmu...itulah anak buahku, yang juga setan!".
"Cukup susah bagiku menemukan pedagang itu, karena kelicikannya sehingga sulit diketahui," jawab lelaki itu.
Makan... jangan... makan... jangan... makan aja....Setan berkata lagi,"Kalau begitu yang paling mudah menemui anak buahku, pergilah berjama'ah di mesjid. Shalat wajib yang kau lakukan lima kali sehari. Setelah selesai engkau menunaikan shalat berjama'ah, perhatikanlah sekelilingmu...kalau ada orang di antara para jama'ah itu yang langsung berdiri pulang tanpa berdzikir terlebih dahulu...nah itulah anak buahku yang setia mengikuti perintahku." Ternyata lelaki tersebut gampang sekali menemukan anak buah setan yang tiada lain adalah setan dari golongan manusia, sehingga sedekah nadzar itu bisa terlaksanaa.
Kalau orang yang shalat di masjid saja bisa dibujuk setan untuk tidak berdzikir setelah shalat fardhu (padahal telah dicontohkan Nabi SAW) bagaimana dengan orang yang tidak menjalankan shalat sama sekali? Tentu predikatnya bukan lagi anak buah setan. Itulah setan manusia yang pekerjaannya sama dengan setan dari golongan jin, yakni membisikkan satu sama lain perbuatan dan perkataan batil dan dusta, untuk menyesatkan umat manusia serta mengajak dan menggoda, agar berbuat keburukan dan fitnah.
Allah SWT berfirman: "Dan demikianlah kami jadikan bagi masing-masing nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)..." (QS. Al-An'am 6:112).
Allah menciptakan makhluk ciptaanNya ada yang bernyawa dan ada yang tidak. Salah satu makhluk yang bernyawa adalah jin dan bagi setiap muslim wajib mempercayai adanya jin atau setan itu. Barang siapa yang mengatakan bahwa setan atau jin hanyalah takhayul atau dongeng belaka, maka ia telah terjerumus kepada kekafiran, karena ia telah mendustakan berita atau firman Allah SWT dan mengingkari risalah yang dibawa Rasulullah SWT.
Karena harus percaya adanya jin dan setan? Karena risalah dari Al Quran tertulis di antaranya, dalam surat Al-Hijr, Al-Araf, Ar-Rahman dan masih banyak lagi. Sedangkan Nabi SAW menyatakan keberadaan jin atau setan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Mas'ud, beliau SAW bersabda: "Tidak seorang pun dari kalian kecuali ada setan pendamping (
qarin) dari golongan jin dan
qorin dari golongan malaikat yang menyertainya." Dalam hadits disebutkan: "Apabila menjelang malam atau sore hari, maka jagalah anak-anakmu, karena sesungguhnya setan sedang menyebar pada saat itu." (HR Al_Bukhari). Jadi jin itu ada.
Setan dari golongan jin mewahyukan kebatilan kepada manusia, kemudian setan manusia menganjurkan kebatilan kepada manusia yang lain. Kini, di era kebebasan ini, setan manusia bebas berkeliaran di mana-mana. Mereka menggoda dan menghasut manusia dengan memoles perbuatan yang haram dengan kemasan indah dan menarik, sehingga umat yang kurang berilmu alias bodoh dan awam dalam memahami agama akan mudah tergoda. Begitu pula bagi mereka yang kurang imannya dan kurang keikhlasan dalam beribadah akan lebih mudah lagi termakan oleh bisikan dan rayuannya untuk melakukan kebatilan.
Source : http://www.tnol.co.id/id/spiritual-psychology/4436-jin-iblis-dan-setan-apa-itu.html