Enjoy Your Day With a Smile

Jumat, 22 Oktober 2010

Alamat Internet Akan Segera Habis



Dalam waktu sekitar satu tahun, alamat internet akan habis. Kepanikan seperti milenium bug (Y2K) pada 2000 silam dikhawatirkan bisa terulang. Apa yang harus dilakukan?

Presiden dan CEO American Registry for Internet Numbers (ARIN) John Curran telah mengingatkan hal itu. Hal yang sama juga dinyatakan baru-baru ini oleh Vint Cerf, Google Chief Internet Evangelist.

Alasan utama habisnya alamat internet itu adalah karena ledakan data yang akan terjadi di web, yang sebagian besar karena penggunaan data sensor, grid cerdas, dan RFID. Alasan lainnya adalah peningkatan perangkat mobile yang terkoneksi ke internet dan pertumbuhan tahunan user-generated content di web.

Lalu mengapa Internet Protocol (IP) baru dibutuhkan? Saat ini sebagian besar web menggunakan IPv4, Protokol Internet versi 4. Setiap alamat IPv4 terbatas pada nomor 32-bit, yang berarti maksimal hanya ada 4 miliar alamat unik.

IPv6 adalah Internet Protocol generasi mendatang yang menggunakan alamat 128-bit, yang bisa mendukung alamat unik jauh lebih besar. Cukup, untuk memberikan setiap orang di planet dengan lebih dari 4 miliar alamat.

John Curran dari ARIN, lembaga nirlaba yang bertanggung jawab mengelola distribusi alamat internet di wilayah Amerika Utara, mengatakan dari sekitar 4 miliar alamat IPv4 yang tersedia dan belum dialokasikan tinggal 6%. Curran memperkirakan 6% terakhir akan dialokasikan pada tahun depan.

Hal ini menjadi masalah besar yang harus dipecahkan oleh ISP (Internet Service Provider) dan operator telekomunikasi. Begitu pula penyedia layanan konten, termasuk perusahaan skala besar internet seperti Google dan Facebook yang perlu memastikan bahwa transisi dari IPv4 ke IPv6 berlangsung mulus.

Curran menjelaskan bahwa perusahaan konten seperti Google harus bekerja sama dengan perusahaan ISP untuk menyalurkan konten melalui IPv6 serta IPv4. “Transisi ini terjadi perlahan-lahan,” kata Curran.

Curran juga mengatakan operator besar seperti Verizon dan Comcast telah mengumumkan ujicoba IPv6. Curran juga menekankan bahwa inisiatif baru yang menggunakan jaringan sensor, jaringan daya, RFID dan teknologi serupa lain diarahkan untuk menggunakan IPv6 dan bukan IPv4.

Selain itu juga ada dukungan kuat dari perusahaan-perusahaan internet besar. Curran mengatakan bahwa Google telah menempatkan sebagian besar layanan ke IPv6. Google menyatakan bahwa IPv6 sangat penting bagi kesehatan dan keterbukaan internet dan memungkinkan inovasi serta pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pada Juni ini, Google menggelar Konferensi IPv6. Pada acara itu, Facebook juga mengumumkan mereka mulai menggunakan IPv6. Dalam pidato pembukaannya pada konferensi itu, Chief Internet Evangelist Google Vint Cerf mendesak ISP untuk pindah ke IPv6, sehingga pasar gelap alamat internet tidak akan terjadi.

Tapi kritikus melihat dorongan pindah ke IPv6 sebagai masalah. Pemimpin teknologi di Sony Ericsson melalui Twitter @ajbraun menyatakan “Kita harus menyebutnya IPv6: Y2K II. Suatu hal yang jelas sejak 10 tahun, namun baru panik di ujung serta ribut menanyakan ada apa.”

Yang lain mengusulkan teknologi disebut NAT (Network Address Translation) sebagai solusi. Cara itu untuk memetakan beberapa alamat menjadi satu alamat IP, sehingga mengurangi jumlah alamat IP unik.

Namun hal itu sebagai solusi sementara. Google menegaskan pada 2008, NAT dan teknologi sejenis sebagai arsitektur internet rumit, berpotensi menghambat pengembangan aplikasi baru, dan bertentangan dengan prinsip-prinsip keterbukaan jaringan.
READ MORE - Alamat Internet Akan Segera Habis

Kiamat Bukan Tahun 2012


Tahun 2012 pernah jadi sangat penting dan membuat ketar-ketir gara -gara muncul film Hollywood bertema kiamat, '2012'.

Film besutan sutradara Roland Emmerich itu memanfaatkan mitos akhir penanggalan Bangsa Maya, 21 Desember 2012, sebagai hari kehancuran dunia.

Saat ini, tahun 2012 kembali disebut-sebut gara-gara terbit buku berjudul  "Calendars and Years II: Astronomy and Time in the Ancient and Medieval World" (Kalender dan Tahun II: Astronomi dan Waktu di Dunia Kuno dan Abad Pertengahan) terbitan tahun 2010.

Namun, jangankan soal kebenaran ramalan kiamat. Buku itu malah mengungkap perhitungan akhir kalender 'Long Count' Maya diduga kuat tidak akurat. Selisihnya bisa 50 sampai 60 tahun.

Bagaimana bisa?

Isu besarnya, saat meneliti kalender kuno, arkeolog berusaha mengkorelasikan frame waktu mereka dengan kalender modern (Gregorian).

Misalnya, momentum-momentum penting Bangsa Maya seperti kelaparan perang, perayaan agama -- diterjemahkan dalam format hari/bulan/ tahun masa kini.

Para ahli Maya berusaha menemukan momentum penting yang bisa menghubungkan kelender 'Long Count' dengan Gregorian.

Untuk itu, para ilmuwan Maya menggunakan faktor korelasi yang dinamakan 'Konstanta GMT'. Inisial GMT didapatkan dari nama penemunya --  Joseph Goodman, Juan Martinez-Hernandez, dan J. Eric S. Thompson.

Adalah profesor Gerardo Aldana dari dari University of California, Santa Barbara yang mempertanyakan validitas korelasi -- berdasarkan adanya miskorelasi peristiwa astronomi di masa lalu.

Aldana menuliskan hal itu dalam bab khusus di buku "Calendars and Years II: Astronomy and Time in the Ancient and Medieval World"

Kata dia, Bangsa Maya adalah astronom yang canggih di jamannya. Mereka juga teliti merekam kejadian di langit saat malam hari.

Bangsa Maya mendokumentasikan fase Bulan, gerhana, dan bahkan melacak pergerakan Planet Venus. Catatan mereka memungkinkan mereka untuk memperkirakan siklus astronomi masa depan dengan akurasi besar.

Menurut Aldana, meski GMT menggunakan sumber bukti astronomi, arkeologi, sejarah untuk mengkorelasikan 'Long Count' dengan kalender modern, ada keraguan ketika bukti-bukti itu ditafsirkan dari artefak Maya kuno dan teks kolonial.

Misalnya, peristiwa penting, tanggal pertempuran yang ditetapkan penguasa Dos pilas (situs Maya di Guatemala). Penguasa Balaj Chan K’awiil memilih tanggal ini berdasarkan penampakan 'Chak Ek'.

Oleh arkeolog Stockholm University, Johan Normark, 'Chak Ek' diartikan sebagai Venus. Namun, Aldana dalam studinya menentang hal itu. Kata dia, 'Chak Ek' adalah meteor.

Bayangkan, jika kejadian dikorelasikan dengan Venus tapi sejatinya itu berkaitan dengan peristiwa acak seperti halnya penampakan meteorit? Jelas hasil dari menghubung-hubungkan waktu dalam kalender Maya dengan kalender modern acak-acakan dan pasti selisih.

Dalam tulisannya, Aldana menyajikan beberapa alasan mengapa konstanta GMT tak bisa diandalkan. Dia bukan orang pertama yang meragukannya.

Namun, penelitian lebih lanjut seperti penentuan waktu dengan  radiokarbon perlu dilakukan untuk mendukung dalilnya.

Jadi, masih percaya kiamat bakal terjadi 2012?

source:http://teknologi.vivanews.com/news/read/183819-salah-hitung---kiamat--bangsa-maya-bukan-2012
READ MORE - Kiamat Bukan Tahun 2012

Kota Bawah Laut Tertua di Dunia


Para geo-arkeologi laut kembali membuat prestasi besar dengan keberhasilannya mengungkap keberadaan kota kuno yang terendam di bawah laut. Kota bernama Pavlopetri di Yunani ini diperkirakan eksis pada jaman perunggu yakni 5000-6000 tahun lalu atau 12000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan semula. Yang menarik, jejak keberadaan kota yang tenggelam 4-5 meter di bawah laut ini masih terlihat jelas, termasuk runtuhan bangunan serta benda-benda peninggalannya seperti tembikar, keramik, dll.




Para ahli memperkirakan, inilah kota bawah laut tertua di dunia yang berhasil ditemukan. “Diperkirakan kota yang tenggelam ini adalah kota pelabuhan. Hal ini ditandai dari bangkai kapal yang berada di dekatnya. Penemuan keramik zaman neolitikum, merupakan suatu yang luar biasa. Kota ini dulunya adalah tempat perdagangan barang dan jasa yang maju,” ujar.Geo-arkeologi laut Dr Nic Flemming dari National Oceanography Centre, Southampton.

Pavlopetri terletak di kedalaman 3 – 4 meter di bawah air tidak jauh dari pantai berpasir selatan Laconia.

Kotanya masih sangat lengkap. Bangunan rumah, jalan, halaman, gedung peribadahan, kuburan, semuanya sudah dipetakan menggunakan perlengkapan 3-D digital yang paling mutakhir.

Pavlopetri dulunya diperkirakan berasal dari periode Mycenaean (sekitar 1680-1180 SM), dari masa sejarah Yunani Kuno yang kaya akan kesusasteraan dan mitos. Dari benda-benda tembikar Neolitis yang baru saja ditemukan menunjukkan tempat ini mungkin telah ditempati sejak sedikitnya 2800 SM. Dengan mempelajari tempat bahari penting ini, peneliti berharap untuk dapat lebih mengerti tentang peninggalan dari masyarakat Yunani Zaman Perunggu.




Proyek pengungkapan kota ini dilaksanakan oleh suatu tim multidisipliner, termasuk Dr Flemming, yang dipimpin oleh Mr Elias Spondylis, Ephorate dari Underwater Antiquities dari Kementerian Kebudayaan Hellenic di Yunani dan Dr Jon Henderson, seorang arkeolog bawah air dari Departemen Arkeologi di Universitas Nottingham.

Kota kuno bawah air ini pertama kali ditemukan pada tahun 1967 oleh Flemming, kemudian di National Institute of Oceanography. Ia dulu memperkirakan kota itu berasal pada jaman perunggu 2000 BC. Flemming kemudian bergabung dengan tim dari Cambridge University pada1968, untuk melakukan penelitian.

Hasilnya diterbitkan oleh The British School di Athena pada tahun 1969, namun setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Penelitian itu stag’ selama 40 tahun, Sejak itu tidak ada lagi peneliti yang masuk ke sana untuk mengungkap misteri kota kuno itu. Tahun 70-an Flemming bergabung dengan arkeolog dari University of Nottingham dan Ephorate dari Underwater Antiquities dari Kementerian Kebudayaan Hellenic, kembali memulai penelitian pada situs kuno itu.



“Apa yang kami temukan di sini adalah sesuatu yang dua atau bahkan tiga ribu tahun lebih tua daripada sebagian besar kota terendam yang telah dipelajari,” kata Flemming: “Dan uniknya, kami memiliki rencana kota yang lengkap, utama jalan-jalan dan semua bangunan domestik. Kita dapat mempelajari bagaimana itu digunakan sebagai pelabuhan, di mana kapal-kapal datang dan bagaimana perdagangan dikelola. ” jelasnya.

Dr. Jon Henderson, seorang arkeolog dari Universitas Nottingham, bergabung memimpin penelitian dengan Elias Spondylis dari Benda Purbakala Bawah Air Ephorate bagian dari Kementrian Kebudayaan Hellenic di Yunani. Dr. Henderson adalah arkeolog pertama dalam 40 tahun yang mendapat surat izin resmi dari pemerintah Yunani untuk bekerja di sana.

“Hal ini sangat menggairahkan. Saya pernah membaca tentang situs ini ketika saya masih muda dan sulit dipercaya bahwa saya bukan hanya menyelam di sana tetapi juga berkesempatan untuk mengerjakannya. Kemudian kami menemukan sekitar 9.000 meter persegi gedung baru yang baru-baru ini tampak karena pergerakan di pasir, sungguh luar biasa,” kata Dr. Henderson.

source: http://surabayacybercity.blogspot.com/2010/10/pavlopetri-kota-tertua-di-dunia-yang.html
READ MORE - Kota Bawah Laut Tertua di Dunia

Most Popular