Sebelumnya ia meraih Juara (Winner) di INAICTA 2010 pada kategori Student Project SD.Kemudian berhasil mengharumkan nama bangsa di kompetisi IT Internasional (diikuti 16 negara) dengan meraih Juara (Winner) pada ajang Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) Awards 2010 di kategori Secondary Student Project. Dan termasuk dalam jajaran pembuat game dan ”software mobile” termuda di dunia. Siapa dia?
Dia adalah Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) siswa dari SMP Salman AL-Farisi Bandung-Indonesia. Di bantu adiknya Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun).
Beberapa software yang diciptakan Fahma untuk ponsel, antara lain, Bahana (Belajar Huruf Warna Angka), DUIT (Doa Usaha Ikhlas Tawakal), Enrich (English for Children), Mantap (Matematika untuk Anak Pintar), dan Doa Anak Muslim (Prayers for Children). Bagi yang ingin melihat dan mencoba atau mendownload sofware diatas dapat langsung berkunjung di websitenya ibunya fahma.
”Pada saat adik saya berumur tiga tahun, ia sulit mengenali huruf. Lalu saya buatkan aplikasi sederhana di ponsel yang memungkinkan dia mengenali huruf, warna, dan angka. Soalnya, adik saya suka main-main dengan ponsel ibu,” kata Fahma.
Tak aneh kalau Fahma lalu membuat aplikasi di salah satu jenis ponsel Nokia berjudul ”My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku). Aplikasi itu ia buat dengan menggunakan Adobe Flash Lite.
Aplikasi lainnya, Enrich (English for Children), memungkinkan seorang anak lewat ponsel mempelajari bahasa Inggris dengan mudah. Fahma mengambil tokoh ”kodok” berkulit hijau untuk aplikasi ini.
Ada pilihan nama binatang dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, seperti sapi untuk cow dan singa untuk lion. Ketika kata cow dimunculkan, ia akan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan terdengar suaranya.
Pada Enrich, selain binatang (animals), Fahma juga melengkapinya dengan buah-buahan (fruits), sayuran (vegetables), furnitur (furniture), dan tubuh manusia (our body). Semuanya bisa diterjemahkan secara ulang alik dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan sebaliknya, lengkap dengan gerak, tulisan, suara, dan iringan musik.
Tak aneh kalau Fahma lalu membuat aplikasi di salah satu jenis ponsel Nokia berjudul ”My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel Ibuku untuk Belajar Adikku). Aplikasi itu ia buat dengan menggunakan Adobe Flash Lite.
Aplikasi lainnya, Enrich (English for Children), memungkinkan seorang anak lewat ponsel mempelajari bahasa Inggris dengan mudah. Fahma mengambil tokoh ”kodok” berkulit hijau untuk aplikasi ini.
Ada pilihan nama binatang dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, seperti sapi untuk cow dan singa untuk lion. Ketika kata cow dimunculkan, ia akan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan terdengar suaranya.
Pada Enrich, selain binatang (animals), Fahma juga melengkapinya dengan buah-buahan (fruits), sayuran (vegetables), furnitur (furniture), dan tubuh manusia (our body). Semuanya bisa diterjemahkan secara ulang alik dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan sebaliknya, lengkap dengan gerak, tulisan, suara, dan iringan musik.
Untuk kreativitas, Fahma tidak harus diajari oleh ayah atau ibunya, Yusi Elsiano. Contohnya saat Fahma membuat games mobile DUIT, ia memasukkan musik hasil permainan gitarnya.
Demikian juga pada Enrich dan Bahana, terdapat permainan gitar dia sendiri. Selain gitar, Fahma juga les komputer kepada seorang mahasiswa ITB, salah seorang murid ayahnya yang menjadi dosen ITB.
Yusep dan Yosi memberi peluang kepada kedua anaknya untuk berkembang. Semua karya Fahma tak ada yang dikomersialkan. Bahana dan Enrich bisa diunduh gratis di Ovi Store Nokia, sedangkan aplikasi lain bisa diunduh langsung dari blog milik ibunya, Perkembangananak.com.
Fahma mulai belajar aplikasi di Power Point saat duduk di kelas IV SD. ”Saya senang ngoprek dan nge-hack. Saya belajar Power Point sampai mentok sebelum belajar Adobe Flash untuk animasi,” kata Fahma yang memperdalam software untuk membuat aplikasi tiga dimensi dan belajar bahasa pemrograman C++.
Di APICTA, Fahma harus bertarung dengan siswa setingkat SMA. Ia mempresentasikan konsep di hadapan juri dengan aplikasi gerak buatannya yang memungkinkan presentasinya lebih menarik dan dinamis.
”Anak-anak Indonesia tak hanya bisa bermain PS (PlayStation), tetapi juga bisa membuat games sendiri yang keren,” kata Fahma tentang perlombaan yang diikutinya.
Software buatan Fahma dan Hania mengalahkan karya peserta dari negara lain dengan nilai ketat, yakni dengan karya peraih merit (runner up) SpringGrass karya Chung Hwa Middle School BSB (Brunei), Auto Temperature Descension Device by Solar Power karya Foon Yew High School (Malaysia), SimuLab karya Pamodh Chanuka Yasawardene (Sri Lanka), dan Destine Strategy karya Rayongwittayakom School (Thailand).
Pada akhir lomba, Fahma dan Hania menantang juri, sebagaimana ia menantang Kompas, mau dibuatkan animasi apa.
”Kok, anak ini berani menantang kami,” kata seorang juri, sebagaimana ditirukan Yusep.
Juri meminta Fahma dan Hania membuat gajah yang bisa bergerak lengkap dengan suaranya. Permintaan ini bisa diluluskan Fahma dalam waktu lima menit. Prestasi yang mendapat sambutan hangat juri dan peserta Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) saat itu.
”Saya bilang sama juri internasional, ’I have proven!’ Saya bisa buktikan bahwa anak-anak Indonesia tidak hanya bisa main games, tapi juga bisa bikin games sendiri,” kata Fahma.
Atas prestasi yang ”spektakuler” untuk anak-anak seusianya, Fahma dan Hania mencetak rekor baru sebagai peserta termuda yang berhasil meraih juara APICTA. Kedua kakak-adik ini juga tercatat sebagai pembuat aplikasi Nokia termuda di dunia!
Asia Pacific ICT Alliance (APICTA) Awards 2010, Kuala Lumpur-Malaysia
Dari berbagai sumber