Lampu hemat energi merupakan pilihan terbaik jika ingin memangkas tagihan listrik. Namun hati-hati jangan sampai pecah, sebab racun merkuri di dalamnya dapat membahayakan kesehatan terutama bagi bayi dan ibu hamil.
Dibanding lampu pijar, lampu hemat energi atau compact fluorescent lamp (CFL) membutuhkan daya listrik 10 kali lebih rendah untuk menghasilkan cahaya yang sama terang. Energi yang dihasilkan juga lebih efisien karena tidak banyak menghasilkan panas seperti lampu pijar.
Namun jika pecah, CFL bisa berbahaya karena di dalamnya terdapat logam beracun yakni merkuri. Di kulit, logam ini bisa menyebabkan ruam sementara jika terhidup dapat menyebabkan migrain dan bahkan bisa memicu kejang pada penderita epilepsi.
Kadar merkuri sebenarnya cukup kecil, hanya sekitar 1-5 mg pada setiap bola lampu CFL dan tidak terlalu berbahaya jika segera tersapu angin. Namun di ruangan tertutup yang tidak ada angin, kadarnya bisa meningkat 20 kali lipat sehingga sangat membahayakan.
Sebuah penelitian di Fraunhofer Wilhelm Klauditz Institute mengungkap bahwa bola lampu CFL yang pecah dapat meningkatkan kadar merkuri di udara tertutup hingga 7 mikrogram/cm3. Sementara batas aman yang tidak membahayakan adalah 0,35 mikrogram/cm3.
"Keberadaan merkuri adalah sisi buruk lampu hemat energi. Kita bisa menghemat 80 persen energi listrik namun risiko kesehatannya juga harus diperhitungkan," ungkap Jochen Flasbarth dari Federal Environment Agency seperti dikutip dari Dailymail, Senin (27/12/2010).
Flasbarth mengatakan kadar merkuri yang tinggi bisa bertahan di ruangan tertutup hingga 5 jam. Ia menganjurkan begitu ada lampu pecah, bayi dan ibu hamil harus dikeluarkan dari ruangan lalu semua pintu dan jendela harus dibuka sekitar 15 menit.
Sementara saat membersihkan pecahan bola lampu, dianjurkan menggunakan sarung tangan pelindung dari karet agar tidak bersentuhan langsung dengan kulit. Demikian juga saat membuangnya, jangan disatukan dengan sampah lain karena bisa mencemari lingkungan.
Dibanding lampu pijar, lampu hemat energi atau compact fluorescent lamp (CFL) membutuhkan daya listrik 10 kali lebih rendah untuk menghasilkan cahaya yang sama terang. Energi yang dihasilkan juga lebih efisien karena tidak banyak menghasilkan panas seperti lampu pijar.
Namun jika pecah, CFL bisa berbahaya karena di dalamnya terdapat logam beracun yakni merkuri. Di kulit, logam ini bisa menyebabkan ruam sementara jika terhidup dapat menyebabkan migrain dan bahkan bisa memicu kejang pada penderita epilepsi.
Kadar merkuri sebenarnya cukup kecil, hanya sekitar 1-5 mg pada setiap bola lampu CFL dan tidak terlalu berbahaya jika segera tersapu angin. Namun di ruangan tertutup yang tidak ada angin, kadarnya bisa meningkat 20 kali lipat sehingga sangat membahayakan.
Sebuah penelitian di Fraunhofer Wilhelm Klauditz Institute mengungkap bahwa bola lampu CFL yang pecah dapat meningkatkan kadar merkuri di udara tertutup hingga 7 mikrogram/cm3. Sementara batas aman yang tidak membahayakan adalah 0,35 mikrogram/cm3.
"Keberadaan merkuri adalah sisi buruk lampu hemat energi. Kita bisa menghemat 80 persen energi listrik namun risiko kesehatannya juga harus diperhitungkan," ungkap Jochen Flasbarth dari Federal Environment Agency seperti dikutip dari Dailymail, Senin (27/12/2010).
Flasbarth mengatakan kadar merkuri yang tinggi bisa bertahan di ruangan tertutup hingga 5 jam. Ia menganjurkan begitu ada lampu pecah, bayi dan ibu hamil harus dikeluarkan dari ruangan lalu semua pintu dan jendela harus dibuka sekitar 15 menit.
Sementara saat membersihkan pecahan bola lampu, dianjurkan menggunakan sarung tangan pelindung dari karet agar tidak bersentuhan langsung dengan kulit. Demikian juga saat membuangnya, jangan disatukan dengan sampah lain karena bisa mencemari lingkungan.
Source : http://health.detik.com/read/2010/12/27/181759/1533686/763/ancaman-merkuri-di-balik-lampu-hemat-energi?ld991107763
Tidak ada komentar:
Posting Komentar