Enjoy Your Day With a Smile

Jumat, 07 Juni 2013

Menjadi Orang Tua Yang Bijaksana

Setiap dari kita suatu hari kelak pasti akan menjadi orang tua bagi anak-anak kita. Itu pasti, namun dapatkah kita menjadi orang tua yang baik. Orang tua yang sekaligus bisa menjadi sahabat bagi anak-anak kita. Orang tua yang tidak egois, orang tua yang bisa menjadi contoh baik bagi anak-anaknya?. Semua orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun terkadang hal itu membuat kita memberikan batasan-batasan dan pilihan yang bersifat memaksa kepada anak serta aturan yang terkadang mengekang aktivitas anak. 

Sebagai contoh ketika anak masih kecil, mereka mengambil peralatan dapur seperti baskom, panci, kuali dan sendok lalu memukul-mukulnya. Orang tua terkadang akan memarahi anak tersebut karena membuat berisik sekaligus merusak peralatan dapur. Namun ketahuilah bahwa itu adalah suatu imajinasi anak dia membayangkan dirinya adalah seorang pemain drum dan itu menunjukkan kemungkinan ia mempunyai bakat musik dalam dirinya. yang harus dilakukan orang tua adalah mengarahkan bukan melarang. Mungkin dengan membelikan drum mainan untuk anak. ketika anda melarang dan tidak mengarahkan itu adalah salah satu bentuk batasan yang membuat bakat anak terpendam dalam dirinya dan tidak ada media untuk menyalurkannya. 

Kemudian saat anak mulai remaja atau ketika menginjak bangku sekolah terkadang orang tua mengekang aktivitas anak. Seperti melarang beberapa aktivitas anak dan memaksa anak untuk terus belajar, mengikuti kursus, les dan sebagainya dengan tujuan untuk memaksimalkan prestasi anak di sekolah. Ini tidak salah namun ketika anak dipaksa untuk melakukan suatu hal hanya akan membuat anak tertekan dan merasa dirinya selalu diatur. Sesuatu yang dipaksakan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik malah bisa jadi semua itu sia-sia karena anak melakukannya deengan hati terpaksa dan asal-asalan. Sebaiknya ketika kita mengembankan sesuatu kepada anak seperti les, kursus atau lainnya aturlah waktu se-efektif mungkin sisakan juga waktu anak untuk melakukan hobi dan aktivitas lainnya yang dia inginkan ini akan menjadikan nya seimbang sehingga anak tidak merasa terlalu tertekan dalam kesehariannya. Ada baiknya juga selalu bertanya kepada anak, apakah dia setuju atau tidak. tanyakan alasannya jika tidak dan temukan solusinya bersama. Sehingga anak merasa tidak dipaksa dan terpaksa dalam melakukan sesuatu.

Dalam menentukan pilihan terkadang orang tua tidak mendengarkan keinginan anak dan cenderung memilih berdasarkan apa yang diinginkan orang tua. Karena orang tua menganggap dia tau apa yang terbaik untuk anaknya. Padahal keinginan seseorang tidaklah sama. Seperti contoh anak suka memakai baju kaos seddangkan orang tua lebih suka melihat anaknya memakai baju kemeja. Lalu membelikan dan memaksa anak menggunakannnya. Tidak telalu berlebihan, namun ini membentuk anak merasa apa yang dia inginkan tidak di hargai dan selalu salah. Jika dallam setiap pilihan atau penentuan keputusan selalu orang tua yang melakukan dan mempertimbangkannya bukan anak itu sendiri. Maka saat dewasa anak akan menjadi orang yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri dan lambat dalam mengatasi masalah yang ia hadapi karena apa yang dia lakukan selama ini hanyalah hasil dari keputusan dari orang tuanya. Tentu saja ini akan banyak menghambat anak saat ia dewasa.

Sebaiknya orang tua dapat membangun komunikasi yang baik kepada anak, peka terhadap anak, mengerti apa yang anak inginkan, mendalami pribadi anak dan mendengarkan apa yang menjadi pendapat atau keinginan anak. Apabila anak meminta sesuatu pertimbangkanlah jika itu bermanfaat maka dukunglah keinginan anak. Apabila dirasa itu kurang baik diskusikan dan berikan alasan-alasan yang dapat membuat anak mengerti mengapa itu tidak baik untuk dia lakukan. Kemudian dalam menentukan pilihan, biarkan anak terlebih dahulu menyatakan keinginannya setelah itu baru apa yang kita inginkan untuk anak. Apabila anak tetap memilih keinginannya sendiri itu berarti anak sudah mantap dengan pilihannya dan sebaiknya orang tua tidak mengecewakannya. Kemudian selalu berikan kesempatan anak untuk melakukan aktivitas layaknya anak sesusianya agar dia dapat tumbuh dengan baik dan belajar dari apa yang sudah ia lakukan. Setiap aktivitas akan menambah pengalaman tersendiri bagi anak meskipun sedikit, misalnya saat bermain sendiri atau saat bermain dengan teman-temannya.

Orang tua yang mengerti akan pribadi dan sikap anak akan mampu mengatasi masalah ketika terdapat ketidak sepahaman dengan anak. Karena penangannya setiap pribadi anak itu tidaklah sama. Kemudian membangun keterbukaan dan sentiasa memberikan perhatian yang cukup, tidak memanjakan anak. Maka akan membuat anak tumbuh dalah kondisi psikologi, emosi dan tempramen yang baik. Segala sesuatu yang menjadi kebiasaan atau pribadi anak kebanyakan adalah dari contoh dari sikap keseharian orang tua dirumah. Maka sebaiknya memberikan contoh yang benar kepada anak, dan hindari memperlihatkan keburukan atau sesuatu yang kurang pantas di depan anak. Seperti berkata kasar, membentak, atau kebiasaan yang kurang baik lainnya. Koreksi terlebih dahulu penyebab anak melakukan kesalahan atau berperilaku kurang baik. Karena tak jarang itu terjadi melihat contoh dari apa yang terlihat dari perilaku orang tuanya. Jika di rumah dia selalu melihat hal-hal yang baik maka anak juga akan menjadi sosok seperti apa yang dia lihat.

Rasanya cukup sekian referensi atau pandangan yang bisa saya sampaikan. Semoga bisa bermanfaat ambil sisi baik dan buang yang buruknya. Mohon maaf jika ada salah kata. Dan semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang baik dan bijaksana bagi anak-anak  kita. wassalam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most Popular