Jakarta - Pelajar Indonesia meraih prestasi terbaik selama keikutsertaannya dalam kompetisi International Chemistry Olimpiad (IChO) yang telah digelar untuk ke-43 kalinya. Tim Indonesia berada di urutan ke-5 dari 70 negara. Mereka meraih dua medali emas dan dua medali perak.
Penyumbang medali emas adalah Joses Grady Nathanael, pelajar SMA Penabur Gading Serpong, dan Stephen Haniel Yuwono asal SMA Negeri 1 Purwokerto Jawa Tengah. Sedangkan peraih medali perak adalah Andhika Tangguh Pradana dari SMA Kharisma Bangsa Tangerang, dan Alimatun Nashira pelajar SMA 1 Teladan Yogyakarta.
Gelaran IChO kali ini bertempat di Middle East Technical University, Ankara, Turki pada 8 hingga 18 Juli lalu, kontingen Indonesia harus berkompetisi dengan sekira 270 peserta dari 70 negara. Para pelajar kelas 12 ini sepakat bahwa kompetitor paling tangguh bagi mereka adalah China. "Jelas China, itu sudah rahasia umum," ujar Joses, Kamis 21 Juli 2011. Posisi pertama memang diduduki China, dibuntuti Korea Selatan, Rusia, dan Thailand.
Menurut Riwandi Sihombing, head mentor mereka dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, soal-soal yang diberikan pada IChO kali ini, baik teori maupun parktek lebih sulit dibanding tahun lalu yang diadakan di Jepang. Namun, materi yang relevan menunjang kemenangan mereka. "Materi yang diberikan di UI maupun Institut Teknologi Bandung sesuai dengan soal yang dikompetisikan," katanya.
Di samping itu, menurut Ira sang peraih perak, masing-masing peserta memiliki persiapan khusus. Joses dan Ira sepakat untuk berlatih mengerjakan soal-soal. Ditambahkan Stephen, "Ora et labora (berdoa dan berusaha)." Meski demikian, mereka mengaku tetap memiliki waktu bermain. "Masih sangat sempat. Main game Sims," ucap Stephen lagi.
Riwandi menambahkan, prestasi remaja Indonesia ini membanggakan karena bersamaan dengan peringatan International Year of Chemistry. "Sebuah peringatan sedunia atas kontribusi bidang kimia bagi kesejahteraan umat manusia," kata Riwandi. Kedatangan tim olimpiade tersebut sempat disambut Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional, Totok Suprayitno.
Sebelumnya, untuk menjaring peserta, Kemendiknas bekerja sama dengan Tim Olimpiade Kimia Indonesia menyeleksi pelajar secara bertahap mulai tingkat sekolah, kabupaten/kota, hingga nasional. Hasilnya, diperoleh 30 pelajar pemenang Olimpiade Sains Nasional. Mereka kemudian melalui proses pelatihan, pembinaan, dan seleksi menjadi 14 siswa, mengerucut menjadi 7 siswa, terakhir 4 orang yang dikarantina untuk pelatihan selama sebulan.
Tim Olimpiade Indonesia sendiri, selain empat siswa itu, terdiri dari Riwandi Sihombing dan Ismunaryo Moenandar dari Fakultas MIPA UI, Djulia Onggo dan Deana Wahyuningrum, mentor dari ITB; serta Gunardi Sihhatmanandi dari Direktorat Pemmbinaan SMA Ditjen Dikmen Kemendiknas.
Penyumbang medali emas adalah Joses Grady Nathanael, pelajar SMA Penabur Gading Serpong, dan Stephen Haniel Yuwono asal SMA Negeri 1 Purwokerto Jawa Tengah. Sedangkan peraih medali perak adalah Andhika Tangguh Pradana dari SMA Kharisma Bangsa Tangerang, dan Alimatun Nashira pelajar SMA 1 Teladan Yogyakarta.
Gelaran IChO kali ini bertempat di Middle East Technical University, Ankara, Turki pada 8 hingga 18 Juli lalu, kontingen Indonesia harus berkompetisi dengan sekira 270 peserta dari 70 negara. Para pelajar kelas 12 ini sepakat bahwa kompetitor paling tangguh bagi mereka adalah China. "Jelas China, itu sudah rahasia umum," ujar Joses, Kamis 21 Juli 2011. Posisi pertama memang diduduki China, dibuntuti Korea Selatan, Rusia, dan Thailand.
Menurut Riwandi Sihombing, head mentor mereka dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, soal-soal yang diberikan pada IChO kali ini, baik teori maupun parktek lebih sulit dibanding tahun lalu yang diadakan di Jepang. Namun, materi yang relevan menunjang kemenangan mereka. "Materi yang diberikan di UI maupun Institut Teknologi Bandung sesuai dengan soal yang dikompetisikan," katanya.
Di samping itu, menurut Ira sang peraih perak, masing-masing peserta memiliki persiapan khusus. Joses dan Ira sepakat untuk berlatih mengerjakan soal-soal. Ditambahkan Stephen, "Ora et labora (berdoa dan berusaha)." Meski demikian, mereka mengaku tetap memiliki waktu bermain. "Masih sangat sempat. Main game Sims," ucap Stephen lagi.
Riwandi menambahkan, prestasi remaja Indonesia ini membanggakan karena bersamaan dengan peringatan International Year of Chemistry. "Sebuah peringatan sedunia atas kontribusi bidang kimia bagi kesejahteraan umat manusia," kata Riwandi. Kedatangan tim olimpiade tersebut sempat disambut Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional, Totok Suprayitno.
Sebelumnya, untuk menjaring peserta, Kemendiknas bekerja sama dengan Tim Olimpiade Kimia Indonesia menyeleksi pelajar secara bertahap mulai tingkat sekolah, kabupaten/kota, hingga nasional. Hasilnya, diperoleh 30 pelajar pemenang Olimpiade Sains Nasional. Mereka kemudian melalui proses pelatihan, pembinaan, dan seleksi menjadi 14 siswa, mengerucut menjadi 7 siswa, terakhir 4 orang yang dikarantina untuk pelatihan selama sebulan.
Tim Olimpiade Indonesia sendiri, selain empat siswa itu, terdiri dari Riwandi Sihombing dan Ismunaryo Moenandar dari Fakultas MIPA UI, Djulia Onggo dan Deana Wahyuningrum, mentor dari ITB; serta Gunardi Sihhatmanandi dari Direktorat Pemmbinaan SMA Ditjen Dikmen Kemendiknas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar