Enjoy Your Day With a Smile

Senin, 09 April 2012

Tentara AS akan Pakai Kekuatan Telepati untuk Perang

Tentara AS (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berencana membekali pasukannya dengan kemampuan membaca pikiran (telepati) di medan perang. Keputusan yang terlihat seperti fiksi ilmiah ini, telah dipandang serius oleh Pentagon demi memenangkan perang.

Demi mewujudkan itu, Pentagon telah mendedikasikan jutaan dolar bagi penelitian telepati ini. Ini terutama untuk membuat sebuah helm yang memungkinkan pasukan AS membaca pikiran musuh dan melakukan komunikasi telepati dengan sesama pasukan AS di medan perang.

Penelitian yang menghabiskan dana lebih dari 4 juta dolar ini, telah dilakukan di seluruh negeri. Menurut seorang tentara yang sedang melakukan uji coba mengatakan, ia merasa akan banyak manfaat penggunaan teknologi telepati ini pada perang di masa datang. "Pada tahap awal kita diujicoba dengan berperang melalui video game dan menembak dengan senjata plastik, "kata tentara yang tidak disebutkan namanya, yang dilansir dalam dailymail.co.uk, Senin (9/4).

Teknologi ini akan menggunakan sebuah elektroda yang mengambil kode kata-kata dari pikiran para tentara. Kode kata-kata dari pasukan itu kemudian dikirim ke komputer, untuk mengindikasi pesan dan posisi. Basis penelitian telepati untuk keperluan perang ini berada di bawah Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA). Lembaga riset militer ini didedikasikan untuk memperluas penggunaan teknologi rahasia di militer AS.

Proyek ini juga berdasarkan kerjasama dengan Universitas California-Irvine. Pada laboratoriumnya yang berada di Philadelphia dan Maryland, para ilmuwan mencoba untuk meningkatkan 'telepati sintetis' yang dapat digunakan di medan perang. Hingga saat ini, ilmuwan telah mengonfirmasi, 45 persen dari perintah bantuan panggilan helikopter sudah benar. Dan Ilmuwan mengharapkan persentase statistik ini dapat meningkatkan.

Namun aktivis hak sipil dan anti perang melihat berbeda program telepati ini. Menurut sebagian aktivis, penggunaan telepati ini akan memperbesar kemungkinan pelanggaran hak sipil jika teknologi ini disalahgunakan.

Ilmuwan mengatakan, proses saat ini baru terfokus pada penenerapan berbahasa kode pendek. Dan bukan individu yang dapat membaca pikiran pribadi dan berbagai rahasia militer. Namun Ilmuwan juga memastikan kemampuan membaca pikiran seperti itu hanya masalah waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most Popular