Kita semua pasti sudah tahu dan mengerti sejarah terciptanya Idul Adha. Kali ini TS ingin berbagi tentang apa saja yang bisa kita teladani dari nabi Ibrahim as sehingga tercipta sejarah besar bagi umat Islam.
Sebelumnya cek cerita singkatnya dulu ya...
Suatu hari Nabi Ibrahim diuji keimanannya pada Allah untuk mengukur seberapa besar kecintaan Ibrahim pada-Nya. Nabi Ibrahim pun bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail, putra tercinta yang sangat dinantikan kehadirannya selama bertahun-tahun. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan. Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan.
Nabi Ibrahim pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya. Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya.
Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim pun tiba… dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah tanpa keraguan meskipun setan terus menggodanya. Beliau pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.
Namun parang yang tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismail… tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah mengganti dengan seekor hewan sembelihan yang besar (sejenis kambing atau domba).
Ada beberapa hal yang bisa kita ambil, antara lain :
Keimanan
Seberapa besar keimanan kita pada sang pembuat hidup benar-benar diuji dengan sebuah ujian yang diberikan oleh-Nya. Terkadang kita lupa, saat kita senang, dan akan menemuiNya saat kita merasa susah. Padahal iman seharusnya ada saat kita senang maupun susah. Secinta apapun Ibrahim pada Ismail, Ibrahim tetap mencintai Allah sehingga apapun yang Allah perintahkan tetap ia jalankan, walaupun harus mengorbankan sesuatu yang sangat ia cintai.
Kesabaran
Sebagian berpendapat kalau sabar juga ada batasnya. Nabi Ibrahim tetap bersabar saat bertahun-tahun tidak mendapatkan keturunan. Setelah ia mendapatkannya, Allah memerintah untuk menyembelih hal yang paling ia cintai. Dengan bersabar dan penuh keyakinan, iapun menjalankan perintah. Bagaimana dengan kita? Jika kita diuji dengan sedikit sakit, seberapa banyakkah dari kita yang tidak mengeluh?
Keikhlasan
Ikhlas menjalankan perintah Allah sekalipun itu berat. Itulah yang bisa kita teladani dari Nabi Ibrahim as. Jujur deh gan, berapa banyak diantara kita yang sholatnya masih sering bolong? berapa banyak diantara kita yang ikhlas bersedekah saat kita sendiri sedang kekurangan? Ikhlas memang sangat susah. Hanya Allah lah yang tahu tulusnya kita. Maka jika meneladani sifat yang satu ini, maka InsyaAllah Allah akan memberi kita nikmat yang luar biasa..
Solidaritas sosial
Yang ini jelas, kalo kita menjalankan kurban, maka kita memberikan daging hewan kurban pada yang membutuhkan, dengan tujuan mereka bisa menikmati daging di hari lebaran. Dengan kita memberikan daging, maka kita telah memberi perhatian pada mereka yang masih kurang beruntung, dan akan menambah rasa persaudaraan kan..
Suatu hari Nabi Ibrahim diuji keimanannya pada Allah untuk mengukur seberapa besar kecintaan Ibrahim pada-Nya. Nabi Ibrahim pun bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail, putra tercinta yang sangat dinantikan kehadirannya selama bertahun-tahun. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan. Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan.
Nabi Ibrahim pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya. Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya.
Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim pun tiba… dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah tanpa keraguan meskipun setan terus menggodanya. Beliau pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.
Namun parang yang tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismail… tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah mengganti dengan seekor hewan sembelihan yang besar (sejenis kambing atau domba).
Ada beberapa hal yang bisa kita ambil, antara lain :
Keimanan
Seberapa besar keimanan kita pada sang pembuat hidup benar-benar diuji dengan sebuah ujian yang diberikan oleh-Nya. Terkadang kita lupa, saat kita senang, dan akan menemuiNya saat kita merasa susah. Padahal iman seharusnya ada saat kita senang maupun susah. Secinta apapun Ibrahim pada Ismail, Ibrahim tetap mencintai Allah sehingga apapun yang Allah perintahkan tetap ia jalankan, walaupun harus mengorbankan sesuatu yang sangat ia cintai.
Kesabaran
Sebagian berpendapat kalau sabar juga ada batasnya. Nabi Ibrahim tetap bersabar saat bertahun-tahun tidak mendapatkan keturunan. Setelah ia mendapatkannya, Allah memerintah untuk menyembelih hal yang paling ia cintai. Dengan bersabar dan penuh keyakinan, iapun menjalankan perintah. Bagaimana dengan kita? Jika kita diuji dengan sedikit sakit, seberapa banyakkah dari kita yang tidak mengeluh?
Keikhlasan
Ikhlas menjalankan perintah Allah sekalipun itu berat. Itulah yang bisa kita teladani dari Nabi Ibrahim as. Jujur deh gan, berapa banyak diantara kita yang sholatnya masih sering bolong? berapa banyak diantara kita yang ikhlas bersedekah saat kita sendiri sedang kekurangan? Ikhlas memang sangat susah. Hanya Allah lah yang tahu tulusnya kita. Maka jika meneladani sifat yang satu ini, maka InsyaAllah Allah akan memberi kita nikmat yang luar biasa..
Solidaritas sosial
Yang ini jelas, kalo kita menjalankan kurban, maka kita memberikan daging hewan kurban pada yang membutuhkan, dengan tujuan mereka bisa menikmati daging di hari lebaran. Dengan kita memberikan daging, maka kita telah memberi perhatian pada mereka yang masih kurang beruntung, dan akan menambah rasa persaudaraan kan..
Source : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11338916
Tidak ada komentar:
Posting Komentar