Sebagai kota terbersih di Asia Tenggara, untuk mewujudkan Palembang sebagai kota internasional yang berbudaya, religius dan mandiri.
Tahun depan, kota Palembang boleh berpromosi lebih meyakinkan lagi sebagai kota pariwisata yang layak dikunjungi. Sebab pada tanggal 8 Oktober lalu di Hanoi Vietnam Eddy Santana Putra, Walikota Palembang, menerima piala sebagai tanda terpilihnya kota Palembang sebagai kota terbersih di ASEAN untuk kategori “Clean Land”.
Piala ASEAN Environmentally Sustainable City Award, hadiah yang diadakan sebagai salah satu cara meningkatkan lingkungan hidup di kawasan negara-negara ASEAN. Dan kebersihan termasuk satu dari 13 kriteria tujuan wisata yang disusun oleh World Economic Forum, salah satu lembaga dunia bergengsi yang didirikan pada tahun 1971.
Bagaimana cara kota Palembang membersihkan kotanya? Dulu boleh saja Palembang dicap sebagai salah satu kota paling kotor, khususnya di area Pasar Tradisional 16 Ilir dan wilayah Jembatan Ampera tapi sekarang dapat dilihat kedua wilayah tersebut telah disulap menjadi sebuah ruang terbuka dengan taman-taman kota yang cukup meneduhkan ditengah terik matahari, Benteng Kuto Besak (BKB) yang dahulu terkenal kotor dan rawan kini justru menjadi tempat favorit untuk berbagai konser dan pameran besar, seperti Sriwijaya Fair (Mei 2008).
Kalau BKB dan Jembatan Ampera untuk sanitasi dan kebersihannya telah berubah 180 derajat dibandingkan dulu menurut Aminoto, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Palembang. Usaha pemerintah, masyarakat dan swasta untuk kebersihan lingkungan tidak hanya nampak di jalan-jalan protokol atau jalur-jalur hijau saja, Program ramah lingkungan dengan cara mendorong partisipasi aktif penduduk misalnya di tiap-tiap kelurahan ditunjuk 3 sampai 4 rukun tetangga (RT) sebagai percontohan lingkungan yang bersih dan sehat. Sementara dipihak pemerintah kota menugaskan pasukan kuning siap selalu selama 24 jam penuh.
Tampaknya tim penilai dari ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) terkesan akan bersihnya lingkungan kota Palembang, kebersihan ini tentu saja bukan berdasarkan yang tampak di mata saja. Panitia dari AWGESC juga mencari tahu “konsep” Palembang membersihkan lingkungan kotanya. Diperoleh bukti bahwa sampah yang dibuang melalui sistem pembuangan limbah yang teratur, sanitasi yang semakin baik, serta pemerintah dan masyarakat yang sadar akan kebersihan.
Dipilihnya Palembang oleh pemerintah Indonesia telah disiapkan sejak tahun 2006 lalu. Mulanya dipilih 18 kota besar dan berpotensi besar untuk diajukan ke panitia antara lain Kota Denpasar, Medan dan Pakanbaru namun ditahun 2007 ke 3 kota tersebut pamornya menurun saat penilaian Adipura (Penghargaan untuk kota-kota terbersih di Indonesia).
Disaat itulah kota Palembang justeru muncul dan mulai diperhitungkan, selain menerima Piala Adipura dua kali berturut-turut, Palembang juga mendapat penghargaan dari Departemen Pekerjaan Umum untuk penataan sistem pengairan, drainase, dan penataan sistem lokasi pemukiman kumuh. Penghargaan sebagai kota terbersih di ASEAN mendorong pemerintah kota Palembang untuk juga meluncurkan semboyan “Palembang sebagai Kota Internasional yang Berbudaya Religius dan Mandiri”
Tahun depan, kota Palembang boleh berpromosi lebih meyakinkan lagi sebagai kota pariwisata yang layak dikunjungi. Sebab pada tanggal 8 Oktober lalu di Hanoi Vietnam Eddy Santana Putra, Walikota Palembang, menerima piala sebagai tanda terpilihnya kota Palembang sebagai kota terbersih di ASEAN untuk kategori “Clean Land”.
Piala ASEAN Environmentally Sustainable City Award, hadiah yang diadakan sebagai salah satu cara meningkatkan lingkungan hidup di kawasan negara-negara ASEAN. Dan kebersihan termasuk satu dari 13 kriteria tujuan wisata yang disusun oleh World Economic Forum, salah satu lembaga dunia bergengsi yang didirikan pada tahun 1971.
Bagaimana cara kota Palembang membersihkan kotanya? Dulu boleh saja Palembang dicap sebagai salah satu kota paling kotor, khususnya di area Pasar Tradisional 16 Ilir dan wilayah Jembatan Ampera tapi sekarang dapat dilihat kedua wilayah tersebut telah disulap menjadi sebuah ruang terbuka dengan taman-taman kota yang cukup meneduhkan ditengah terik matahari, Benteng Kuto Besak (BKB) yang dahulu terkenal kotor dan rawan kini justru menjadi tempat favorit untuk berbagai konser dan pameran besar, seperti Sriwijaya Fair (Mei 2008).
Kalau BKB dan Jembatan Ampera untuk sanitasi dan kebersihannya telah berubah 180 derajat dibandingkan dulu menurut Aminoto, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Palembang. Usaha pemerintah, masyarakat dan swasta untuk kebersihan lingkungan tidak hanya nampak di jalan-jalan protokol atau jalur-jalur hijau saja, Program ramah lingkungan dengan cara mendorong partisipasi aktif penduduk misalnya di tiap-tiap kelurahan ditunjuk 3 sampai 4 rukun tetangga (RT) sebagai percontohan lingkungan yang bersih dan sehat. Sementara dipihak pemerintah kota menugaskan pasukan kuning siap selalu selama 24 jam penuh.
Tampaknya tim penilai dari ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) terkesan akan bersihnya lingkungan kota Palembang, kebersihan ini tentu saja bukan berdasarkan yang tampak di mata saja. Panitia dari AWGESC juga mencari tahu “konsep” Palembang membersihkan lingkungan kotanya. Diperoleh bukti bahwa sampah yang dibuang melalui sistem pembuangan limbah yang teratur, sanitasi yang semakin baik, serta pemerintah dan masyarakat yang sadar akan kebersihan.
Dipilihnya Palembang oleh pemerintah Indonesia telah disiapkan sejak tahun 2006 lalu. Mulanya dipilih 18 kota besar dan berpotensi besar untuk diajukan ke panitia antara lain Kota Denpasar, Medan dan Pakanbaru namun ditahun 2007 ke 3 kota tersebut pamornya menurun saat penilaian Adipura (Penghargaan untuk kota-kota terbersih di Indonesia).
Disaat itulah kota Palembang justeru muncul dan mulai diperhitungkan, selain menerima Piala Adipura dua kali berturut-turut, Palembang juga mendapat penghargaan dari Departemen Pekerjaan Umum untuk penataan sistem pengairan, drainase, dan penataan sistem lokasi pemukiman kumuh. Penghargaan sebagai kota terbersih di ASEAN mendorong pemerintah kota Palembang untuk juga meluncurkan semboyan “Palembang sebagai Kota Internasional yang Berbudaya Religius dan Mandiri”
Pemandangan Kota Palembang dari atas salah satu tower
ikon kota palembang
jembatan ampera
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
Sorot laser Gedung Kantor Walikota di latar belakang Benteng Kuto Besak
Gedung Kantor Walikota Palembang
Pagoda di Pulau Kemaro
Air mancur di Kambang Iwak
source: http://bontangkreatif.blogspot.com/2010/10/palembang-terbersih-tingkat-asean.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar